Saturday, April 28, 2012

Swiss Swan Lake and Snow

28 Maret 2012 (Freezing Swiss)
Biru nya langit dan putihnya salju di puncak gunung memanjakan mataku saat akan mendarat di Basel Airport. Mata ini pun melek seketika menikmati keindahan alam Swiss. Setelah memberitahu Mas Krisna kami sudah mendarat di Basel, kami pun membeli tiket bus dan kereta tujuan Lucerne. Di sini semakin terkagum-kagum dengan sistem transportasi nya. Di setiap halte bus di kota Basel ada monitor yang menampilkan jam dan rute bus yang akan tiba di halte tersebut. Jadi kalau ketinggalan satu bus tinggal lihat monitor di menit ke berapa bus yang di inginkan tiba di halte tersebut. Di dalam bus nya juga ada petunjuk halte-halte yang akan disinggahin. Tapi kalau nggak paham juga bisa bertanya ke supir bus nya yang ramah. Setibanya di Basel SBB stasiun, kami mencari kereta yang akan membawa ke Lucerne. SMS lagi ke Mas Krisna kami sudah di kereta dan menuju Lucerne. Setibanya di Lucerne kami dijemput Mas Krisna dan Tizian yang lucu dan imut. Dalam perjalanan menuju rumah Mas Krisna, beliau bercerita tempat-tempat yang bisa kami kunjungi di Lucerne. Asli sebenarnya aku agak-agak tidak menangkap semua cerita beliau karena kesadaranku belum pulih benar apalagi perut sudah lapar. Wah serasa tiba di rumah begitu masuk ke rumah beliau. Apalagi setelah segelas teh panas menghangatkan perut diiringi nasi dan ayam bakar. Wow…so yummy. Kami pun berbincang-bincang rencana hari ini dan besok. Karena mas Krisna harus menjemput Hanna, kami pun berkeliling kota Lucerne berdua saja. Tempat yang kami kunjungi diantaranya Jembatan Tua yang melintasi Danau Lucerne, 

Benteng 9 menara, 
Singa Berbaring (Lion Monument), 
window shopping dan berakhir dengan menikmati sore di tepi danau. Di sepanjang jembatan tua sebenarnya ada sebuah kisah, tapi karena ditulis dalam bukan Bahasa Inggris jadi kami hanya menerjemahkan gambar-gambar seadanya. Satu hal yang ku suka adalah swan lake yang senang sekali kalau diberi makan. 
Kadang saling menggigit kalau lagi rebutan makanan. Disini begitu melihat banyak Victorinox dijual harus menahan diri. Sangat menggoda. Kata Ririn “Mumpung disini, beli aja sesuatu yang benar-benar buatan Swiss”. Tapi aku masih bisa menguatkan hati walaupun akhirnya tergoda juga di hari kedua setelah window shopping ^_^. Sore pun berganti malam, kami pun pulang dengan naik bus. Kali ini menghandalkan keahlian Ririn mengingat jalan dan informasi yang diberikan Mas Krisna bus mana yang harus kami tumpangin dan turun dimana. Saya sih
hanya inget nomer bus nya saja selebihnya lupa … untunglah Ririn sangat kuat daya ingatnya.

29 Maret 2012 (Titlis)

Pagi-pagi jam 6 kami diantar mas Krisna ke stasiun kereta untuk menuju Engelberg. Sudah pasti nggak mandi karena sudah di rapel malamnya. Tiba di stasiun waktu nya pas-pas an sekali deh. Hanya tersisa waktu 10 menit sebelum kereta berangkat untuk membeli tiket. Karena telat hitungan detik saja berarti kami harus menunggu satu jam lagi untuk kereta berikutnya. Untunglah tepat pada waktunya. Pas kami duduk, pas juga keretanya berangkat. Fiuhhh…lega. Tiba di Engelberg satu jam kemudian. Suhu semakin dingin sekitar 5 derajat celcius. Untungnya hari itu pinjam jaket Mas Krisna yang tebal, jadi aku nggak begitu kedinginan. Kami berdua bergegas masuk ke dalam stasiun untuk menghangatkan badan. Nah sekarang bingung lagi, mau beli tiket dimana he he he… karena berdasarkan catatan kami penjualan tiket baru buka jam 9 pagi. Lah sekarang baru jam 8 pagi. Ada sih petugas nya di loket, tapi sedang asik berbincang dengan customer lain. Ya kami tunggu deh sambil membaca kembali petunjuk bagaimana menuju Titlis. Saya mengandalkan sepenuhnya pada Ririn karena dia yang paling rajin mengumpulkan informasi. Setelah menunggu selama 30 menit, customer itu pun pergi dan kami pun bertanya pada petugas tersebut untuk membeli tiket ke Titlis. Dengan keramahannya beliau pun memberikan informasi yang kami perlukan untuk mencapai Titlis. Jadi bisa jalan kaki sekitar 10 menit dari stasiun ke tempat kereta gantung atau naik free shuttle bus di luar stasiun. Kami pun memilih opsi kedua. Dan woila….setelah naik ke atas bus, semua penumpangnya sudah siap dengan peralatan dan pakaian ski nya kecuali kami berdua. Kalau naik bus hanya sekitar 5 menit. Semua penumpang pun turun. Kami ikut arus saja kemana para penumpang tersebut pergi ya kami ikuti. Untuk sampai ke puncak Titlis, berganti 3 kereta gantung. Kereta gantung pertama dari Engelberg sampai  Gerschnialp  disini hanya menurunkan petugas yang kebetulan satu kereta. Mereka juga ramah dan bertanya kami dari mana. Begitu kami bilang Indonesia, dia pun mengucapkan “Apa kabar?”. Senang sekali rasanya *_^. Dengan kereta gantung yang sama menuju Trubsee. Nah disini untuk kelas pemula yang mau belajar ski dan permainan buat anak-anak tersedia. Kami turun disini untuk selanjutnya naik kereta gantung yang lebih besar yang bisa mengangkut sekitar 20 an orang menuju Stand. Dan terakhir naik kereta gantung (Rotair Titlis) yang bisa berputar 360 derajat selama perjalanan menuju puncak Titlis. Setiba di puncak Titlis sudah ramai. Kami pun mencari spot yang sepi untuk foto-foto dan menikmati salju. 
Emang beda sih kalau dibandingkan dengan salju yang ada di kulkas dengan salju di gunung. Bawaan nya pengen langsung dimakan saja tuh salju. Kami pun berjalan ke arah Ice Flyer dan menaikinya. Wah pemandangan nya indah banget. Walau badan jadi menggigil karena hembusan angin nya. Jaket pun semakin dieratkan untuk menghangatkan badan. Puas naik Ice Flyer kami pun bermain salju. Tapi karena saljunya sudah mengeras, jadi nggak bisa main lempar-lemparan bola salju. Yang ada ntar benjol. Di tempat dingin perut mudah lapar. Kami pun melahap bekal yang dibuatkan mas Krisna untuk kami dan teh manis panas di termos masing-masing. Semakin lama semakin banyak orang berdatangan. Kami pun bergerak menuju gua es. Tapi karena ramai nggak berlama-lama di dalam nya selain itu nggak tahan dinginnya juga sih. Kami pun memutuskan turun ke Trubsee dengan rotair train. Baru nyadar di dalam kereta ini ada kalimat “Selamat datang di kereta Berpusing pertama di dunia” wah…ini kan Bahasa Melayu Kata Ririn. Kami pun mencari yang versi Bahasa Indonesia dan ketemu “Selamat datang di kereta berputar pertama di dunia”. Senang sekali rasanya ^_^. Di tempat ini kami turun sebentar dan kemudian turun lagi ke Stand Di sini ada permainan meluncur dengan ban. Wah seru nih, apalagi gratisan. Coba deh… tapi kok agak seram juga ya..ntar kalau terbalik gimana? Beranikan diri saja deh, apalagi setelah melihat anak kecil di depan ku meluncur dengan asik nya. Copy paste saja deh dari cara nya tuh anak kecil. Yup, tempatkan posisi bokong di tengah ban, tas di taruh di atas perut dan meluncur…. Awalnya pelan semakin lama semakin cepat. Waduh, kok tiba-tiba posisi badan membelakangi jalur dan terus meluncur dan nggak bisa berhenti. Pasrah dah sambil berdoa semoga nggak kebalik. Tiba di bawah langsung bernapas lega. Kapok??? Nggak ^_^. Coba lagi. Eh tapi Ririn kemana ya?? Kok nggak nongol-nongol. Eh nggak tahu nya dia sempat terhenti di tikungan pertama jadi lama turunnya. Ban nya harus dibawa kembali ke atas. Untung ada tangga seperti escalator di Hypermart, Cuma lebih kecil. 
Diulang lagi deh meluncur dengan ban nya. Tapi tetap saja turunnya membelakangi jalur setelah tikungan pertama. Puas bermain ban, kami menuju igloo bar. Tujuan utamanya sih ingin naik kereta gantung yang membawa pemain ski dari satu tempat ke tempat lain. Tapi petugasnya langsung melarang kami dan memberi tahu hanya untuk pemain ski saja. Ya sudah jadi berjalan di sekitar igloo bar ini sambil melihat iri ke pemain ski yang naik kereta gantung. Pulang deh kalau gitu. Sudah nggak bisa ngapa-ngapain lagi di sini. Kami pun kembali ke Engelberg dan menunggu kereta yang akan membawa kami lagi ke Lucerne. Tiba di Lucerne mencoba makan keju fundue dan menghabiskan sore di tepi danau Lucerne sambil bercanda dengan Swan Lake yang putih bersih.



30 Maret 2012 (Lucerne - Geneva)
Pagi buta kami bersama mas Krisna menuju stasiun kereta. Kami akan melanjutkan perjalanan menuju Geneva dan mas Krisna lanjut berangkat kerja. Sampai ketemu lagi mas Krisna, Tizian dan Hana. Salam buat Angela.
Perjalanan menuju Geneva sekitar 3 jam lamanya. Kesempatan buat tidur lagi. Di Geneva kami hanya sebentar saja sambil menunggu kereta selanjutnya ke Milan. Setelah menyimpan tas di locker, kami berjalan kaki ke pusat Geneva. Lebih ramai dibandingkan Lucerne. Tempat yang dikunjungi juga tempat turis nya saja seperti jam bunga, pelabuhan yang ada Jet d’Eau dan kota tua nya serta mengukur jalan sekuat kaki melangkah. 





Ngisi termos dengan tap water di taman

Kereta Geneva - Milan




Tak terasa jam di tangan sudah menunjukkan pukul satu siang. Waktunya kami kembali ke Gare de Cornavin menanti kereta yang akan membawa kami menuju Milan. I’ll be back here again someday. Amiin.



No comments:

Post a Comment