Sunday, October 24, 2010

Timbis...oh... Timbis.... Let's Go!!!!!!!!!


Buat pecinta Paralayang (Paragliding),  Pantai Timbis merupakan salah satu spot favorit dari beberapa spot yang ada di Indonesia. Nah, sekarang bagaimana sih caranya bisa ke sana?? Hal pertama yang dilakukan adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai Timbis. Beberapa milis sudah banyak mengeluarkan catatan tentang Timbis, hanya saja informasi "how to get there" nya yang masih minim banget. Berbekal informasi seadanya, GPS di handphone dan nomer telpon tandem masternya, akhirnya saya berkesempatan untuk mencoba Paralayang untuk yang pertama kalinya dengan Iyok, Ririn, Cila dan Jafar. Kalau di GPS, Timbis ini berada di bagian Selatan Pulau Bali, dan berbatasan langsung dengan Desa Nusa Dua. Lokasinya sendiri berada di Dusun Panti Giri, Desa Kutuh. Timbis adalah nama pantainya.

Pagi itu, Bali sudah dibasuh dengan air hujan cukup deras. Mulut ini pun mulai merapal doa, semoga cuaca segera berubah dan bisa ber-paralayang ria. Setelah berkumpul di tempat Iyok yang menginap di Jalan Siligita 50, kami menuju Timbis pada pukul 12.45 siang. Berdasarkan informasi jarak ke lokasi hanya sekitar 15 menit (dan ternyata salah besar, karena banyak nyasarnya). Kalau dari Airport Ngurah Rai, langsung menuju ke arah Nusa Dua (Hotel Niko). Di peta nya akan terlihat seperti gambar di bawah ini.

Dari hotel Niko, lurus terus, sampai menemukan pertigaan. Di sebelah kanan, cari petunjuk seperti di bawah ini.  dan jalan lurus masuk ke jalan kapur sampai menemukan perempatan menuju ke Pura Gunung Payung. Tiba di perempatan cari petunjuk bertuliskan "Anda Memasuki Kawasan Wisata Pura Gunung Payung". Nah, masuk lagi ke jalan aspal. Sekitar 50 meter setelah jalan masuk akan ada pertigaan kecil sebelum pos/rumah seperti di bawah ini.


Pertigaan belok kanan.


Kalau keterusan, maka akan sampai di Pura Gunung Payung.

Di pertigaan tadi, belok ke kanan dan ikuti terus jalan nya sampai ke tepi Pantai Timbis. Kadang jalan nya beraspal, kadang juga jalan kapur. Semakin mendekati Pantai Timbis, maka hanya ada jalan setapak yang cukup dilalui satu kendaraan saja.


Dari hotel Niko sampai ke Pantai Timbis diperlukan waktu sekitar 15 menit. Lokasi terbangnya adalah tanah lapang seperti foto di bawah ini.

Akhirnya, tiba juga di lokasi tepat jam 2 siang setelah bertanya sana-sini termasuk dengan pak Ketut Manda, dan ternyata sudah ada peserta yang paralayang dari luar negeri. Kami harus menunggu giliran sekitar 40 menit. Cuaca mendung dan angin cukup kencang. Tapi keindahan Pantai Timbis tiada taranya. Saya giliran ke tiga yang terbang setelah Iyok dan Ririn. Video lengkapnya bisa di buka di Mengudara di atas Timbis.
Perasaan deg-degan langsung lenyap seketika begitu sudah mengudara. Pak Ketut sang Tandem Master yang sudah mempunyai pengalaman 16 tahun, membawa saya melayang di udara menikmati indahnya pura Gunung Payung, Vila, para petani rumput laut dan pembangunan di sekitar tebing.


Pura Gunung Payung



Vila 1500 USD


Akhirnya, penerbangan selama pun 20 menit berakhir.

Iyok, Ketut Manda, Ririn, Cila, Lili


Salam melayang-layang,
Lili Nuria H. L

Foto-foto selengkapnya : On Air




Monday, October 18, 2010

Cikandang, One of The Best White Water Rafting in West Java

Road to Garut, October 15, 2010 Jumat malam tepat jam 11 malam, 4 Lady Rafter (Saya, Uwie, Tika dan Fuah) dan Om ganteng plus Bang Kikin sebagai driver yang okeh banget dengan Xenia merah meninggalkan Terminal Kampung Rambutan menuju Garut untuk berarung jeram di Sungai Cikandang. Sehari sebelum nya dapat info kalau level air nya naik setelah dihajar bandang. Wuiiihhh…. Dalam hati ini dah seneng banget campur ketar-ketir juga sih :).

16 Oktober 2010, 02.30 a.m, tiba di Kota Garut disambut hujan dan petir yang menggelegar di pagi buta. Di Uniga (Universitas Garut) kami beristirahat di Gerhana Basecamp dan berkenalan dengan Abah yang akan menemani kami berarung jeram. Namanya juga backpacker… tidur di lantai jadi…di bangku kayu hayuuuk…tidur di sofa juga oke :).. yang penting bisa meluruskan badan lah barang 2 jam –an.


Preparation…
Sayup-sayup terdengar suara azan berkumandang di tengah lelapnya tidur… waktu sudah menunjukkan pukul 04.20 pagi. Harus segera bersiap-siap menuju lokasi pengarungan. Jam 5 tepat, kami meninggalkan base camp bersama tim Abah yang berperan sebagai tim rescue. Lama perjalanan dari Garut ke starting point sekitar 2 jam. Kesempatan buat tidur lagi lebih kuat dibandingkan menikmati indahnya pemandangan di pagi hari. Apalagi nih badan dah mulai kedinginan dan perut sudah minta untuk diisi :). Untung lah, satu jam kemudian kami berhenti di warung makan. Garut semakin dingin dan gerimis tak kunjung reda. Berharap hal yang sama terjadi di hulu sungai Cikandang. Setelah badan mulai hangat perjalanan di lanjutkan menuju starting point. Tetep aja nih mata masih terasa berat, jadi ngelanjutin tidur lagi dah. Kebetulan Fuah yang duduk di sebelahku juga pelor banget :D.

 

Starting Point
Anak Sungai Cikandang (S: 728’13.3”; E 10740’18.7”) adalah starting pointnya. Wuiiihhh… keren banget dah pemandangannya.

Dan gulungan air yang terlihat dari atas jembatan memanggil – manggil kami untuk segera mengarung di atas nya.
 

Gerimis masih turun dengan lembutnya. Tim rescue tiba sekitar 15 menit kemudian.

 Perahu pun di turunkan dari atas jembatan. Dan cuaca pun langsung berubah cerah. Pemandangan semakin indah dengan birunya langit. Kami pun segera mengenakan peralatan rafting dan pemanasan yang di pimpin Kang Dadan.



Let’s Go…

Sekitar jam 9 Pagi, pengarungan di mulai... eh..baru juga meluncur udah nyangkut di antara bebatuan. Ini sih karena kami nggak kompak ngedayungnya. Setelah lewat, eh nyangkut lagi… wah kejadian dah kayak waktu ngarung di Ciberang… nah di jeram berikutnya baru dah mulai mulus di lewati.



Tapi jeram-jeram disini tidak bisa di anggap enteng. Terus terang saya nggak tahu jeram-jeram apa saja yang kami lewati. Karena Abah juga sudah cukup repot sebagai kapten merangkap skipper di perahu kami sehingga tidak ada kesempatan untuk bertanya jeram apa saja yang telah dilewati. Tim rescue juga sudah jalan terlebih dahulu. Sekitar 15 menit pengarungan, jeram yang lumayan besar (sekitar grade 3) siap menanti. Di sini dengan perlahan tapi pasti, Uwie terlontar dari perahu karet. Hmmm… kayaknya hari ini bakal ada beberapa kejadian terlempar dari perahu nih. Hari itu ternyata level air masih di kategorikan normal. Dan menurut kang Dadan, grade nya 3 – 4+. Posisi kami selalu berubah setiap saat sambil kapal berjalan. Kadang saya duduk di depan.. kadang duduk di tengah. Semuanya pengen berada di posisi paling depan. Karena sensasi terindah saat melewati jeram ada di posisi terdepan. Dan jeram nya berturut-turut. Dayung nggak kompak berarti nyangkut di bebatuan atau perahu melipir ke pinggir. Tawa, canda dan saling mengolok-olok selalu terjadi.. tapi saat melewati jeram, semuanya serius dan konsentrasi penuh. Satu jam setelah mengarung, kami beristirahat sejenak di bawah pohon yang lumayan rindang sambil menikmati makanan ringan seadanya. Kata tim nya Abah, jeram-jeram berikutnya lebih menantang. Benar saja… setelah beristirahat, tak lama kami bertemu dengan jeram yang lumayan besar (sekitar 3 +). Dengan suksesnya Tika terlempar lagi dari perahu. Kali ini sih karena beliaunya kurang konsentrasi. Lebih mikirin keselamatan kamera nya dibandingkan konsentrasi ngarung sih…Setelah terseret sekitar 100 meter baru bisa ditolong oleh tim rescue. Arus air di bawah permukaan sungai cukup kencang, apalagi batu-batunya licin oleh lumut yang melekat.


30 menit setelah kembali mengarung, Saya, Tika (rekor nih bisa dua kali terlempar) dan si Om pun terlempar dengan suksesnya dari perahu. Jeram yang dilewati sekitar grade3+ dan melewati batu besar. Saya nggak gitu inget kejadiannya bagaimana bisa terlempar dari kapal. Yang pasti saat mendayung berada di posisi kiri kapal, begitu terlempar sempat berada di bawah kapal beberapa detik dan detik berikutnya sudah berada di sebelah kanan kapal sambil berpegangan pada tali tapi segera di lepas karena bagian kanan perahu akan menghantam tebing. Kejadian yang begitu cepat terasa lamaaaa banget. Si Om malah sempat blunder lebih lama di bawah kapal. Kunci untuk selamat hanya satu. Nggak boleh panik dan pasrah :). Tim rescue pun sigap. Saya dan Tika segera ditarik ke atas perahu rescue. Waktu dah di atas perahu pun juga, kesadaran belum pulih 100%. Masih kayak orang bego gitu dah.. Baru sadar setelah diperintah salah satu tim rescue untuk duduk di sisi kapal dan segera mengayuh karena akan melewati jeram lagi. Setelah melewati jeram, baru tahu dah kalo sekarang posisinya satu perahu dengan tim rescue. Si Om sih dah sukses di tolong di perahu nya Abah dan teman-teman. 30 menit kemudian, kami beristirahat lagi. Dan kali ini menjajal keberanian lompat dari jembatan gantung. Untungnya gak setinggi jembatan gantung yang ada di Sungai Ciberang. Sayang peminatnya Cuma saya dan salah satu skipper termuda.


Finish Point, October 16, 2010
Matahari sudah semakin tinggi. Kulit sudah mulai terbakar. Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Keenakan berada di perahu rescue, saya dan Tika memutuskan tetap berada di perahu rescue. Nggak usah mendayung dengan sekuat tenaga :). Sisa perjalanan menuju finish point sudah tidak menjumpai jeram-jeram yang sulit. Beberapa wave kecil mengiringi sampai muara sungai Cikandang. Di kejauhan tampak kilauan biru laut pantai selatan. Tepat jam ½ 1 siang, pengarungan berakhir di bawah jembatan Cijayana (S: 656’54.2”; E 10745’25.9”) kalau dilihat di GPS, kami sudah menempuh sekitar 35 km dengan waktu pengarungan 4 jam (termasuk istirahat 2 kali). Secara keseluruhan ngarung di Cikandang diacungin 2 jempol dan mantap banget dah. Apalagi sudah sukses melempar kami berempat dari atas perahu pada saat melewati beberapa jeram. Terima kasih buat tim nya Abah yang sudah menemani kami; buat Si Om yang udah baik banget nyiapin segala sesuatunya apalagi para lady rafter banyak banget maunya; buat Kang Kikin yang bisa menina bobokan kami selama perjalanan menuju Garut dan kembali ke Jakarta dengan selamat; dan buat para Lady Rafter, walo pada nggak fit tetap semangat berarung jeram. Semoga impian untuk berarung jeram di Sungai Saddan awal tahun depan dapat terwujud :). Sampai ketemu di pengarungan selanjutnya.

Foto-foto lengkap silahkan dilihat di Cikandang in Pictures dan Video Cikandang




   SSDA


- Lili Nuria -