Tuesday, December 22, 2009

Arung Jeram S. Saddan, Toraja

“Arung jeram yok…”. Mbak Ririn mengajukan ide ini untuk melalui libur panjang. Ide yang menarik. Setelah cari info kesana kemari, akhirnya dapet juga lokasi arung jeram dengan grade 4 – 5 di Sungai Saddan, Toraja. Hmmm… teman gue sampai ngiler mendengar kabar ini. Dua minggu mempersiapkan semua, dimulailah trip arung jeram ini.

Kamis, 17 Desember 2009

Cuaca cerah di sore hari mulai tergantikan mendungnya langit di ufuk barat. Hati pun berdoa semoga perjalanan dimudahkan. Berita terbaru bahwa jalan poros Palopo – Toraja masih belum bisa dilalui tidak menyurutkan semangat kami untuk tetap melewati jalur tersebut. Tepat jam 8 malam, kami ber – 8 bergerak meninggalkan Sorowako menuju Toraja. Karena gak bawa sopir, kami membagi jatah jam nyupir dan navigatornya. Giliran pertama oleh Bowo & Mbak Ririn sebagai navigator dengan rute Sorowako – Wotu. Giliran berikutnya aku dan Tyas sebagai navigator dengan rute Wotu – Masamba, kemudian disusul Aziz dan Ayu dengan rute Masamba – Palopo dan yang terakhir Saldee dan Merry dengan rute Palopo – Toraja. Hujan deras, canda tawa, ada yang mabuk darat mengiringi perjalanan kami. Sayang nya begitu tiba di KM 38 poros Palopo – Toraja sekitar jam 1 pagi, jalan di depan kami tertutup oleh reruntuhan batuan. Ukuran batunya segede-gede kerbau dan jalan longsor hampir ¾ bagian. Ya sudah lah, karena jalur ini tidak bisa dilalui, terpaksa kami putar balik dan harus melalui Enrekang. Artinya harus nambah 6 jam nyopir untuk sampai di Makale – Toraja. Badan sudah mulai lelah. Waktu nyupir makin dikurangi menjadi satu jam setiap orang. Komposisi navigator berubah total…

18 Desember 2009

Waktu subuh pun tiba. Kami beristirahat sebentar di Masjid dan berdoa lagi supaya dimudahkan selama perjalanan. Karena terus terang belum pernah ada yang menempuh rute Enrekang – Toraja. Untung aja dah bawa GPS kantor dan ada peta Sulawesi Selatan yang bisa diandalkan selama dalam perjalanan. Akhirnya tiba juga di Makale jam 8.30 pagi (tanpa tersesat). Pak Agus Lamba sebagai provider dari Indosella Expedition dan tim nya sudah menunggu di Kolam Makale. Kebetulan ada tim MAPALA dari UNMUL juga, jadi tambah ramailah perjalanan ini.Setelah ber koordinasi sesaat, kami pun bergerak menuju Buakayu (starting point) dengan iringan 3 mobil kijang. Tapi sebelumnya isi perut dulu di Terminal Makale dengan menu andalan Pop Mie siram dan teh manis panas… habis gak berani makan di warung, takut gak halal . Perjalanan menuju Buakayu sangat menyenangkan.

Road to Buakayu


Kami melewati beberapa perkampungan Toraja. Tapi rasa ngantuk membuatku lebih memilih untuk tidur dan memulihkan stamina. Jam 11 siang kami berhenti di bukit “Teletubbies” untuk makan siang. Pemandangannya indah banget.

Bukit Teletubbies

Setelah itu perjalanan di lanjutkan lagi menuju starting point (sekitar 30 menit) dari bukit “Teletubbies”. Tiba di lokasi kami langsung berganti kostum dan beristirahat sebentar. Badan serasa dah mo rontok. Tim Indosella pun mempersiapkan perlengakapan rafting. Semua tas dan perlengkapan dimasukkan ke dalam dry bag. Menjelang jam 1 siang, kami briefing sebentar. Ada 3 perahu yang akan berarung jeram. Kami tidak memulai nya dari daerah Puru, sehingga tidak melaui jeram Puru (Puru = Jilatan Api dalam Bahasa Toraja), karena perlu jalan kaki lagi untuk menuju lokasi tersebut. Wah….gak kebayang deh dengan badan yang sudah super duper lelah di suruh jalan kaki lagi. Next time aja deh, kalau poros Palopo – Toraja sudah terbuka normal. Kali ini kapten kapal aku adalah Pak Theo dengan skipper Rio dan Pak John. Aku satu perahu dengan mbak Ririn, Tyas dan Merry. Teman-teman yang lain di perahu karet satunya. Awal perjalanan menyajikan keindahan pemandangan alam Toraja. Hamparan bukit dan ladang menghijau di depan mata. Kata Pak John serasa di luar negeri . Beberapa jeram kecil pun di lalui. Gw, Mbak Ririn dan Tyas yang sudah beberapa kali berarung jeram sudah tidak sabar melalui jeram-jeram yang terkenal sulit dan sering membuat perahu terbalik. Akhirnya kami pertemu dengan jeram pertama yaitu jeram Photoshop. Di jeram ini Tyas terlempar dari perahu karet. Aku juga gak inget persis bagaimana kejadiannya. Tiba-tiba aja doi sudah gak ada di perahu pada saat melewati jeram ini. Tim skipper pun segera turun untuk membantu Tyas. Jeram berikut nya adalah Jeram Monyet. Di jeram ini tim salah seorang tim Mapala jatuh.

bowo ma saldee telempar dari kapal setelah melewati jeram monyet
Perkenalan....
Melewati jeram Monyet


Eh gak tahunya teman 2 teman kami juga jatuh setelah melewati jeram ini. Makin seru nih sepertinya jeram-jeram berikutnya. Walau debit air sedang normal, jeramnya cukup menantang. Jeram Fitri siap menyambut kami dan bisa kami lalui dengan baik. Setiap jeram yang akan di lalui dilakukan spotting dulu oleh tim Indosella untuk memastikan jalur yang akan di lalui. Apakah masuk ke dalam HOLE atau tidak. Masuk hole artinya bersiap-siap untuk terputar di dalam arus air dan perahunya terbalik . Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kami pun berhenti untuk bermalam. Tim Indosella memasang tenda dan menyiapkan menu makan malam. Waktunya buat para wanita untuk mandi dan perawatan kulit . Air sungai nya cukup keruh, tapi kami tetap aja cuek membersihkan badan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Sore itu kami isi dengan canda tawa dan membahas kejadian-kejadian lucu selama rafting, seperti saat Tyas terlempar dari perahu, Bowo yang kehilangan salah satu sepatunya saat terjatuh, Saldee yang ikut terjatuh karena kualat dengan Bowo.

Menikmati late lunch

persiapan mandi di tepi sungai saddan


Perut kenyang, mata ngantuk berat dan badan yang lelah menggiring kami satu per satu ke dalam tenda yang sudah disiapkan. Mosquito spray sudah disiapkan (untung nya gak ada nyamuk sama sekali). Jam 7 malam kami pun tertidur lelap. Panggilan makan malam pun sudah tak ku dengar. Badan ini amat sangat lelah. Selamat malam semua.


19 Desember 2009
Brrrr….dinginnya.. tadi malam sempat terkena tetesan air hujan yang masuk melewati sela-sela tenda jendela yang lupa ditutup. Suara debur air sungai cukup kencang di pagi buta. Mata ini sudah terbuka jam 4 pagi. Perut ini perlu diisi dengan yang hangat-hangat. Kebetulan Pak John sedang memasak air panas. Aku pun mengambil coklat sachet untuk diseduh. Sambil menikmati coklat panas, aku ngobrol dengan pak John. Beliau banyak bercerita tentang pengalaman hidup beliau. Tak lama kemudian kapten Theo pun bergabung. Kami bertiga asyik bertukar cerita sambil menunggu terang. Jam 6 teman-teman mulai bangun satu per satu. Curah hujan yang cukup tinggi tadi malam, membuat kami harus menunggu sampai air sungai agak sedikit surut dan debit air mendekati normal. Air sungai pun bertambah coklat. Dalam hati berteriak senang dengan naiknya level air . Kami kemudian sarapan dan mempersiapkan diri untuk arung jeram hari ke -2. Jam 9 pagi perjalanan di mulai. Jeram-jeram menantang sudah siap menyambut kami. Langit biru dan indah nya bukit-bukit menyambut kami. Jeram-jeram kecil pun menyambut untuk pemanasan sebelum melalui jeram Nusa.


Tiba di jeram Nusa, semua perahu karet kembali menepi untuk melakukan spotting.. Sebelum nya, kapten Theo sudah bertanya apakah ingin masuk HOLE atau tidak. Dengan kompaknya tim ku menjawab “MASUK”….hehehee..agak gila emang . Kali ini tim ku di urutan paling akhir untuk melalui jeram tersebut. Agak deg-deg an juga, karena skipper kami tidak mau melalui jeram Nusa. Tim pertama (Saldee, Ayu, Bowo dan Aziz) pun melewati jeram tersebut… Sukses dan tidak ada yang terlempar dari perahu. Tim kedua (Mapala Unmul) dengan suksesnya masuk ke dalam hole dan terbalik… semua perbekalan yang ada di perahu mereka tumpah ke dalam air. Beberapa barang di dalam dry bag besar bisa di selamatkan. Tapi beberapa perlengkapan mereka ada yang hilang terbawa arus. Ini lah saat nya tim ku untuk melalui hole tersebut. Deg-deg an semakin kencang karena skipper kami benar-benar gak ikut. Kapten Theo menghampiri kami dan member pengarahan kembali sebelum masuk ke dalam hole. Saat yang mendebarkan tiba. Waktu serasa berjalan lambat sekali begitu mendekati hole. Adrenalin semakin memuncak. Satu…dua…satu..dua..kami mendayung dengan semangat mengikuti aba-aba kapten Theo. Hole sudah di depan mata dan kemudian semuanya berlalu begitu cepat. Komando kapten Theo sudah tak bisa ku dengar. Tangan ini hanya bisa berpegangan erat di tali perahu supaya tidak terlempar…dan akhirnya kami melewati hole tersebut dengan sukses tanpa ada satupun yang terlempar dari perahu (https://www.facebook.com/video/video.php?v=213520039276&ref=mf)
Awal-awalnya agak sedikit bengong dengan keberhasilan kami…setelah sadar, baru deh pada ketawa-ketawa. Kapten Theo juga senang sekali, karena beliau sudah sebelas kali lewat jeram tersebut selalu terputar-putar di dalamnya. Jeram Nusa adalah jeram terbesar yang dilalui di hari ke – 2. Selanjutnya jeram-jeram grade 3 – 4. Gak terasa perut sudah lapar. Jam 12-an siang kami menepi untuk makan siang dan ber-foto di sekitar lokasi.



Perjalanan pun dilanjutkan. Kami pun tiba di finish point di Desa Pappi, Kab. Enrekang (sekitar 3 km dari Kab. Enrekang). Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Kami pun segera berganti baju dan berpamitan dengan tim Indosella dan Mapala Unmul yang sudah menemani kami selama 2 hari. Kami pun meninggalkan Desa Pappi dengan sejuta kenangan indah. 






Karena hari sudah sore, kami putuskan untuk bermalam di Palopo. Dalam perjalanan kami mampir makan malam di Sidrap untuk makan Belibis.



Kudu hati-hati ya… karena kami sempat merasa tertipu karena ketidak telitian kami. Jadi mereka akan menghidangkan beberapa potong daging belibis / ayam dalam satu piring dan yang dihitung hanya yang dimakan saja. Karena kami gak tahu sistemnya seperti itu, kami habiskan aja apa yang terhidang di depan mata karena berpikiran emang segitu lah porsinya. Eh gak tahunya pas akan bayar di kasir dihitung nya per potong. Yahhhh….lumayan menghabiskan budget kami. Bayangkan aja 8 orang yang makan bisa menghabiskan 30 potong daging belibis goreng. Tapi semua itu dijadikan bahan guyonan. Sampai saat mengalami pecah ban pun masih pada becandaan. Bener-bener perjalanan yang mengesankan.

20 Desember 2009
Menjelang jam 1 pagi, kami tiba di Palopo. Badan sudah sangat penat dan minta istirahat. 2 kamar suite di Citra Buana Hotel menjadi pilihan. Huffff…akhirnya istirahat juga.
Pagi jam 6 kami pun bangun dan bergantian mandi. Sarapan, ganti ban mobil, mampir ke KFC dan ke bengkel menjadi kegiatan hari itu. Semuanya dilakukan secepat dan seefisien mungkin. Tepat jam 1 kami pun meninggalkan Palopo menuju Sorowako. Kembali ke desa lagi untuk bekerja demi segenggam berlian …hehehehhe..

Thanks berat buat Mbak Ririn, Tyas, Ayu, Merry, Bowo, Saldee dan Aziz … seneng buangettt menghabiskan long weekend dengan kalian.. apalagi dengan banyolan yang tiada hentinya sehingga gak bisa diceritakan detil di catper ini saking banyaknya. 



Terima kasih juga untuk Pak Agus Lamba, Om John, Kapten Theo dan teman-teman dari Indosella Expedition…sampai bertemu kembali di ekpedisi Sungai Rongkong.

Tim Mapala Unmul… kali-kali aja bisa ketemu kembali, ada yang pengen kenalan tuh .


Foto : https://www.facebook.com/album.php?aid=125799&id=842299276

Monday, November 30, 2009

Loksado Trip (Banjarmasin - Martapura - Loksado)

LOKSADO. Betapa senangnya hari yang di nantikan sudah tiba untuk travelling lagi.

26 November 2009. Hujan mengguyur Sorowako. Perlengkapan untuk travelling sudah siap. Tempat tujuan adalah Banjarmasin (Kalimantan Selatan) via Surabaya. Agak sedikit deg-degan dengan kondisi cuaca hari ini yang agak kurang bersahabat. Jam 7 pagi, aku dan Mbak Rin meninggalkan Sorowako dengan pesawat besi menuju Makassar menembus hujan dan kelabunya awan. Jam 8-an pagi tiba di Makassar dilanjutkan penerbangan berikutnya menuju Banjarmasin via Surabaya. Tiba di Surabaya, perut sudah mulai kelaparan. Maklumlah dengan Citilink tidak ada konsumsi disediakan buat penumpang. Walo hanya transit, kesempatan untuk wisata kuliner juga gak dilewatkan. Menu yang ku pilih Soto Lamongan dan satu gelas es degan (es kelapa muda). Hmmm... enak. Perut kenyang sudah. Saat nya untuk lanjut penerbangan. Eh... tapi kok delay ya. Hujan nggak.. Info keterlambatan penerbangan juga gak ada. Dalam hati berkata "What do you expect from cheap flight." Yaahhh.. daripada kesel, lebih baik mondar-mandir di bandara Juanda aja lah. Untung ada troli, jadi gak terlalu berat memanggul beban backpack di pundak. Satu jam delay dari jam keberangkatan, akhirnya pesawat Citilink tujuan Banjarmasin pun tiba. Cuaca Surabaya sama gak bersahabatnya dengan cuaca Makassar. 30 menit di atas pesawat, cuaca berubah cerah. Jam 5-an akhirnya landing di Bandara Syamsudin Noor. Nyari taksi argo (di Kaltim dan Kalsel kalau angkot disebut Taksi Kuning dan taksi beneran dibilang taksi Argo). Karena agak males keluar dikit dari Airport, rate taksinya Rp 70ribu sampai di Hotel Perdana (Jl. Brigjen Katamso (dekat pasar malam Blauran) belakang KFC Kantor Pos Besar.Telp 0511-3353276). Selesai check in dan naruh barang-barang, kami kemudian "menyesatkan" diri dengan naik angkot tujuan T. Dalam (1 trip = Rp 3000). Khawatir tersesat terlalu jauh, akhirnya memutuskan untuk turun dan berjalan kaki menikmati sore. Ngeliat ada penjual es buah di pinggir jalan kayaknya enak buat dicoba. Cukup dengan membayar Rp 5.000. Rasa sih biasa-biasa aja..belum Maknyus kalo kata Pak Bondan. Eh..langit juga lagi bagus banget.. foto2 dulu ah..




Dari tempat makan es buah, kemudian "menyesatkan" diri lagi. Kali ini bener-bener tersesat. Setelah menunggu sekitar 10 menit di pinggir jalan menunggu angkot, akhirnya ada seorang bapak Ojek yang dengan ramahnya memberi bantuan informasi. Akhirnya kembali "menyesatkan" diri dengan angkot selanjutnya. Dalam perjalanan kami melewati Duta Mall. Akhirnya diputuskan untuk turun buat nonton New Moon di 21. Maklumlah, kami kan dari pedesaan..ketemu Kota kalo bisa ya disempatkan nge-Mall.

Selesai nonton, lanjut wisata kuliner di Solaria dengan menu pesanan Kwetiau Sea Food. Rasanya masih biasa-biasa aja. Yang penting perut kenyang dulu. Matapun akhirnya menjadi berat. Waktunya kembali ke hotel sambil menunggu rekan-rekan dari Jakarta. Menjelang tengah malam mereka pun tiba. Tapi karena mata sudah terlalu berat, sudah tidak sanggup say hello dengan mereka. Satu kamar di isi tiga orang dengan rate Rp 150 ribu /malam. Sudah include satu extra bed, AC, handuk, sabun, TV dan kamar mandi dan air yang bersih.

27 November 2009. Kami bangun jam 4 pagi untuk bergantian mandi di lanjutkan sarapan setangkup roti dan teh manis di lobby. Menjelang jam 1/2 6, semua peserta berkumpul di lobbi dan berkenalan satu sama lain. Jam 6 meninggalkan hotel menuju Martapura untuk Sholat Ied di sana menggunakan 2 mini bus. Di tengah perjalanan teman-teman dari Banjarmasin pun bergabung. Perjalanan menuju Masjid Martapura di tempuh sekitar 1 jam. Yang pada sholat pun segera bergabung dengan jamaah yang lain dan sebagian yang lain hunting foto-foto dan wisata kuliner lagi. Kami memutuskan makan di Pasar Batuah. Menu yang di pesan sate ayam 2 porsi dan masing-masing satu gelas teh manis panas. Harga satu porsi sate Rp 10 ribu.



Di Martapura, rekan dari Balikpapan juga bergabung (Yani). Lengkap sudah peserta yang akan berangkat ke Loksado dan berangkat jam 9 pagi. Waktu tempuh diperkirakan selama 3 jam. Lumayan bisa dipake buat menggali kisah-kisah perjalanan Mbak Sita. Gak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Perut dah minta di isi. Kami pun singgah di Ketupat Kandangan Hj. Ernawati.




Nah, kalo ini gak bisa ngasih tau berapa harga per porsinya...habisnya trip kali ini ada bendahara utama si Cila..jadi kami tinggal ngumpulin iuran aja :).


Selesai makan lanjut perjalanan ke Loksado. Memasuki daerah ini jalan mulai berliku dan naik turun. Aroma minyak angin pun mulai semerbak..untung nya sih gak ada yang sampai muntah. Tiba di Loksado jam 1 an dan kami pun langsung bersiap-siap untuk bamboo rafting. Air sungai nya jernih banget seperti Sungai Telagawaja di Bali. Jeramnya dan pemandangannya hampir sama dengan di Bali. Satu trip biaya nya sekitar Rp 200ribu. Satu bamboo rafting hanya boleh dinaikin 4 orang termasuk operator nya. Waktu tempuh 2 jam..enaknya lagi gak usah mendayung..jadi tinggal foto-foto, menikmati alam dan jeram-jeramnya. Tapi tetap basah kok.




Puas menikmati alam dan jeram di sungai Amandit, dilanjutkan dengan berjalan kaki ke objek wisata air panas (HTM : Rp 3000 / dewasa) dan air terjun Kilat Api di Tanuhi. Disini habis lah badan digigit nyamuk. Jadi kalo mau ke sini bawa obat nyamuk semprot dah...
















Menjelang magrib, kami menuju tempat menginap dan menaruh barang-barang di rumah pak Amat (http://picasaweb.google.com/ndesoadventure/BanjarMasinLoksadoJungleTrekking#5402811771257113826), makan malam dan BBQ di belakang Wisma Loksado. Malam pun berlalu.


28 November 2009

Lagi-lagi bangun jam 4 pagi karena kudu ngantri mandi...(berhubung malamnya gak mandi :)). Brrr...dingin buanget...tapi setelah itu badan jadi seger banget... sambil menunggu teman2 selesai berbenah, ku putuskan untuk keliling dan hunting foto di sekitar Loksado ditemani Ipin, walopun akhirnya di perbantukan jadi asistennya Ipin. Jam 7 pagi sarapan mie rebus....karena dah pada kelaperan berat, pada turun ke dapur bantuin ibu warung.. Roti tawar yang disiapin juga habis disikat.
Trip hari ini adalah trekking ke air terjun Haratai. Terus terang gak gitu ngerti akan seperti apa medannya. Kaki udah sedikit lecet karena bamboo rafting kemarin. Dan kuputuskan untuk kembali mengenakan sendal gunung. Sekalian di buat lecet dah... beberapa desa di lalui diantaranya Desa Malaris.


Buat yang senang explore budaya Indonesia, di sinilah tempatnya. Perjalanan menuju air terjun ditemani pak Amat. Beliau mengawal 12 wanita dan 1 laki-laki..


So pasti ini rombongan narsis mania walo gak se-narsis rombongannya Anas yang sukses tersasar beberapa kilometer. Masuk hutan, telusur dan lintas sungai (kalo gak salah hitung melintasi sungai sekitar 15 kali), mendaki bukit, berjalan di ladang, ngaso di gubuk dan chit chat dengan turis wisman yang bertujuan sama mewarnai perjalanan hari itu.



Waktu tempuh trekking 6 jam pun terlampaui sudah dan tiba di air terjun Haratai. Wuiihhhh...dah rame orang euy..rada-rada susah nyari spot yang bagus. Rasa lelah...capek..laper hilang dah... 1 jam berada di Haratai untuk menikmati suasana di air terjun ini. Indah buanget (walo gak seindah air terjun Matabuntu).


Yup...sudah saat nya kembali ke Loksado. Gak mungkin lagi rasanya berjalan kaki, akhirnya diputuskan untuk naik ojek aja. Karena agak sedikit ngeri dengan medannya, aku dan mbak Ririn memutuskan untuk berjalan kaki dulu ke desa terdekat (sekitar 10 menit dari air terjun) baru naik ojek (Rate Rp 25.000 / ojek). Adrenalinnya hampir sama dengan bamboo rafting. Harus percaya dengan ojeknya, karena gitu gak seirama bisa-bisa jatuh dah. Dengan ojek waktu tempuh yang diperlukan sekitar 20 menitan. Tiba di Loksado langsung menuju warung makan untuk mengisi perut yang sudah kelaperan. Jam 5.15 sore kami pun meninggal kan Loksado menuju Banjarmasin. Sampai ketemu lagi LOKSADO. Tepat jam 10 malam tiba di Lontong Orari. Sebenarnya mata ini sudah sangat berat untuk di buka. Apalagi posisi duduk ku sudah amat sangat nyaman. Tapi demi kebersamaan dan wisata kuliner yang tidak boleh terlewatkan, kupaksakan juga untuk membuka mata ini. Menu yang kucoba Nasi Kuningnya. Itu pun bagi dua dengan Opi. Selesai makan, menuju hotel Perdana untuk beristirahat.


29 November 2009.
Hari terakhir ..dan sekali lagi harus bangun jam 4 pagi untuk antri mandi (walo gak semua mandi) karena akan menuju pasar Terapung di Lok Baintan. Kami bergabung dengan rekan-rekan dari Surabaya (walo beda kapal). Jam 5.15 berjalan menuju dermaga di mana Klotok sewaan (rate:Rp 180 ribu) sudah menanti.


Klotoknya bisa mengangkut sampai 30 penumpang. Membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk tiba di Lok Baintan. Dalam perjalanan, sudah banyak penduduk yang beraktifitas.


Mata yang mulai meredup, segar kembali begitu tiba di Lok Baintan. Penjual sudah siap dengan barang dagangannya di kapal masing-masing. Jadi teringat dengan masa kecil dulu, ikut pasar Subuh di tepi Danau Matano bersama ortu... Sistem jual beli antar pedagang dengan barter..kalo dengan pembeli tawar menawar.



Puas menikmati pasar terapung, perjalanan dilanjutkan ke Soto Banjar Pak Amat... wuiiihhh...rame buanget... jam sudah menunjukkan jam 8.30 pagi...Soto Banjar dengan lontong atau nasi (Rp 12.000/porsi) pun dihidangkan bersama teh tawar panas ditambah sate ayamnya (Rp 10.000/porsi)...hmmmm...so yummi lah... pas banget



Dari Soto Banjar lanjut ke pembuatan kain Sasirangan. Tapi karena tokonya tutup, akhirnya menyerbu pedagang durian di perempatan Jalan Pemuda dan foto-foto di gapura Sasirangan dan Jembatan Jl. Pemuda. Sayangnya tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Jembatan Barito dan pusat oleh2 Banjarmasin, karena waktu sudah semakin siang dan pesawat yang akan membawaku pulang akan berangkat 2 jam lagi. Waktu nya berpisah dengan teman-teman baru yang asik...gila..narsis abis..baik hati...pokoke OKEH BANGET Dah.. senang bisa bertemu dengan kalian semua...thanx berat buat Anas dan Cila yang udah repot2, Pak Amat & Zainal yang sudah menerima kami selama di Loksado, rekan2 dari Banjarmasin: Ipin, Nenny, Pipit, Bekti, Layli (maaf ada yang saya lupa namanya), teman-teman dari Jakarta : Lily G, Opi, Jessica, Connie, Dina, Tommy, Linda, Agus, Mbak Sita, Mbak Lis, Rio"Handsome", Juliet, Luki dan yang terakhir Yani dari Balikpapan..sampai ketemu lagi di trip selanjutnya. Kalau ke Makassar kabar-kabari ya :).


Total Budget + Rp 1,8 Juta (include : tiket pesawat + akomodasi + airport tax + rafting + makan)

Sunday, August 2, 2009

Cycling from Sorowako to Lampia

Sebenarnya sih diriku dah lama banget absent sepedaan jarak jauh. Ide untuk sepedaan jarak jauh rute Sorowako - Malili or Lampia (60 km) terbersit saat perjalanan dinas empat hari yang lalu menuju Balantang, Malili. Langsung deh SMS partner sepedaan ku ngasih tahu ide ini. Untungnya langsung di tanggepin positif dan di follow up dengan mengundang dua rekan yang lain via email.

H - 1 menjelang pelaksanaan, dua partner ngundurin diri. Nanya lagi nih ke partner setia lanjut atau nggak.. untungnya tetap dilanjutkan walo dah dapet wanti-wanti supaya nambah orang lagi buat nemenin. Planning segera di susun. Tim yang akan menjemput di Lampia sudah siap.


29 Juli 2009, 06.15 am. Partner sepedaan dah tiba di kamarku. Cek ricek kondisi sepeda masing-masing dulu nih. Yang paling penting di periksa ban dan rantainya. Semuanya aman. 10 menit kemudian kami berdua meluncur menembus pagi. Ketemu tim lain dengan tujuan Asuli (sekitar 20 km dari Sorowako) dan mengajak kami untuk gabung dengan mereka, cuma karena kami berdua peserta "Kelas Wisata (stop kapanpun kami mau dan gak punya target berapa jam yang harus ditempuh)" tawaran itu kami tolak... maklum tim mereka "Kelas Buldozer (oponent dari kelas wisata)". Partner ku yang satu ini paling jago kalo soal pendakian, diriku dah stop 2 kali di perjalanan menuju Plant Site (8 km dari Sorowako), dia masih lanjut terus sampai pit stop pertama (Plant Site). Tiba di pit stop pertama, istirahat bentar ngumpulin tenaga menuju pit stop kedua (Enggano, sekitar 13 km dari sorowako). Untuk mencapai pit stop ini sih bukan masalah besar, banyak turunan di banding pendakian. Nah, kalo turunan adalah track favorit. Bisa ngebut sampai 60 km/jam tanpa ngerem :). Di pit stop kedua cuma sebentar aja untuk cek lagi kondisi rantai dan ban. Aman. Lanjut ke pit stop ketiga (Balambano, sekitar 35 km dari sorowako). Emang lebih jauh sih dibanding pit stop sebelumnya karena banyak turunan yang asik banget.

Eh tapi ada spot bagus nih... foto-foto dulu ah menjelang penurunan Wasuponda. Tripodnya pake sadel sepeda. Waktu menunjukkan pukul 8.14 am.

Dalam perjalanan menuju pit stop ketiga, tiba-tiba ada suara aneh dari rantai sepedaku mendekati Larona. Ya sudah teriak manggil partner ku untuk berhenti dulu. Eh ternyata bener, ada yang kudu di perbaiki. Walopun kami berdua perempuan, bisa lah ngutak ngutik sepeda he he he.... Cuma butuh 10 menit aja masalah selesai. Lanjuuuuttt... Jam 9.31 am tiba di PLTA Balambano. Selain jadi pit stop, sudah pasti kudu foto-foto dulu dong.. untung ada Security yang berbaik hati jadi fotographer dadakan hi hi hi hi... makasih ya, Pak.

Puas bernarsis ria di depan PLTA Balambano, lanjut ke pit stop keempat di KM 39. Pendakiannya lebih banyak. Kalo dah gini, aku lebih milih jalan belakangan. Karena partner ku cuma berhenti dua kali, aku berhenti 5 kali ha ha ha.. Panas sudah mulai membakar tubuh. Fiuhhhh... panassss!!!!!!!!!!!!!!
Jam 9.55 tiba di pit stop keempat. Namanya lagi ada pengerjaan pemindahan jalan, debu dari kendaraan lumayan buat udara sedikit terkotori. Tapi kalo urusan foto-foto tetap gak ketinggalan :).

Karena ini termasuk area yang sulit, pit stop berikut nya di KM 40..pendek banget ya.. habis nya panas matahari sudah mulai menggigit nih badan..mana debu nya gak ketulungan. Walo gitu, tetap harus ada dokumetasinya.


Pit stop berikutnya PLTA Karebbe (42 KM dari Sorowako). Nah, kalo partner ku cuma berhenti 2 kali, aku berhenti 8 kali untuk mencapai pit stop. Air minum pun sudah semakin menipis persediaannya. Masih ada sekitar 3 pendakian panjang yang harus di lewati. Hmm... sudah mulai putus asa, lanjut ato nggak ya.. tapi kalo mo berhenti juga gak bisa ngasih tahu tim penjemput, karena di area tersebut gak ada sinyal. Lanjut aja deh, perlahan tapi pasti. Air minum di irit supaya cukup sampai di pit stop kelima. Fokuskan pikiran untuk sampai puncak. Karena setelah melewati puncak, turunan tajam sudah menanti. Sekitar 1 KM sebelum Karebbe ada spot yang bagus untuk foto-foto. Nama lokasi nya kurang tahu, pokoknya bagus lah.

Jam 10.58 am akhirnya tiba di PLTA Karebbe.


Pit stop terakhir adalah finish point yaitu Lampia (60 km dari Sorowako). Jalan menuju ke sana relatif penurunan. Pendakiannya gak se terjal di KM 39, jalan nya relatif datar. Jalan menuju Lampia adalah jalan antar propinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara. Jembatan Karebbe yang menyeberangi Sungai Malili, menjadi penghubungnya.



Hanya butuh waktu 1 jam saja untuk sampai di pit stop terakhir. Alhamdulillah, tiba juga di finish point jam 12.15 am.

Total lama perjalanan yang kami tempuh 6 jam perjalanan. Rasa lelah, panas dan dehidrasi langsung hilang. Two thumbs buat Mbak Ririn sebagai partner sepeedaanku. Terima kasih buat kak Herni yang sudah traktir aku makan sea food di Aroma Laut Lampia. Ditunggu tantangan berikut nya :). Buat tim penjemput (Kak Boni dan Kicky), tararenkyu ya... tanpa kalian, ku gak bisa pulang ke Sorowako. Buat yang berminat mencoba rute ini lagi, gak usah ngajak diriku ya. Dah cukup sekali aja dech.

Sunday, June 14, 2009

Manado - Gorontalo - Poso - Sorowako

Terinspirasi dengan catatan perjalanan Mas Gunara touring dari Sorowako - Manado - Sorowako, cita-cita itu pun kesampaian. Bersama dengan tim dari LIPI (Peter Hehanussa), Windsor University (Doug Haffner & James Valliant), dan Paul Hamilton perjalanan darat Manado - Sorowako pun dimulai.

8 Juni 2009, Kami bertemu di bandara Hasanuddin Makassar untuk bersama-sama berangkat menuju Manado. Sungguh sangat menyenangkan bertemu dengan teman-teman lama. Dengan Garuda GIA 602, kami berangkat tepat pada waktunya. Tiba di Manado, kami sudah di jemput oleh 2 supir (Tommi and Sufyan) langsung menuju Danau Tondano. Di Tondano kami menginap satu malam di resort. Peralatan untuk sampling esok hari pun disiapkan. Malam pun menggantikan siang. Kami makan malam di RM. Danau Tondano, sekitar 10 menit dari hotel. Sudah pasti menu makannya adalah ikan dan udang.

9 Juni 2009, Kami melakukan sampling di Danau Tondano. Menurut sudut pandang ilmiah, Danau ini terlalu kaya akan unsur hara, sehingga tidak mengherankan banyak ditemui enceng gondok, keong mas dan tanaman pengganggu lainnya. Kalau pemerintah setempat tidak segera mengambil tindakan pengendalian, bisa jadi lama-lama danau ini akan hilang. Lokasi paling dalam yang terbaca hanya kisaran 20 meter. Ikan endemik nya pun sudah sangat jarang untuk di temukan. Selesai sampling, perjalanan di lanjutkan menuju Gorontalo. Pemandangan alam yang indah kembali menghibur mata. Sayangnya gak sempat mampir ke Bukit Kasih (Di bukit ini ada 5 rumah ibadah yang di bangun sebagai simbol keragaman umat beragama di Sulawesi Utara). Kendaraan yang paling menarik perhatian selama perjalanan adalah BENTOR (becak motor). Berbeda dengan bentor yang ada di Medan, Bentor di Sulawesi Utara dilengkapi dengan sound system. Jadi sepanjang jalan mengantar penumpangnya, musik pun turut mengalun... dan gak tanggung-tanggung kencang banget. Setelah menempuh 8 jam perjalanan, kami tiba di Gorontalo dan menginap di Hotel Yulia. Sangat menyenangkan bisa bertemu dengan teman SMA, dan ngobrol sampai jam 12 malam.

10 Juni 2009, Sampling di Danau Limboto pun di mulai. Kondisi danau berkedalaman terdalam 6 meter ini tidak jauh berbeda dengan Danau Tondano. Hampir seluruh permukaan danau telah ditutupi dengan enceng gondok dan kaya dengan unsur hara. Selesai sampling di danau ini, perjalanan dilanjutkan menuju Tentena. Singgah makan siang di Pohwatu, dengan menu ikan bakar yang yummmiiii banget. Ikan nya bener-bener masih segar. Perjalanan masih panjang menuju Tentena. Akhirnya diputuskan untuk menginap di Kota Raya, Sulawesi Tengah. Lumayan sulit mencari penginapan, karena kedatangan kami bertepatan dengan kedatangan para pedagang yang akan berjualan pada esok hari. Akhirnya dapet juga penginapan yang murah meriah. Namanya Ojo Lali. Ternyata di kota ini memang banyak sekali pendatang dari Jawa.

11 Juni 2009, Perjalanan menuju Tentena dilanjutkan. Keindahan Teluk Tomini sepanjang jalan benar-benar tiada taranya mengiringi kelokan jalan yang bertubi-tubi. Saat melewati kota Poso, sisa kerusuhan beberapa tahun lalu masih terlihat. Tiba di Tentena waktu menunjukkan pukul 6 sore. Kami menginap tepat di tepi Danau Poso (Hotel Intim Danau Poso). Rasa lelah dan kantuk membawa kami ke peraduan alam mimpi dengan begitu cepat.

12 Juni 2009. Hari ini sampling terakhir dan menjadi penutup perjalanan. Danau Poso dengan kedalaman 400 meter, menyajikan keindahan yang hampir sama dengan Danau Matano. Danau ini lebih luas. Ikan endemik nya adalah Sukini (sejenis belut yang bertelur di laut dan tumbuh dewasa di danau Poso). Angin kencang dan ombak yang cukup keras membawa kami ke titik-titik pengambilan sample. Di titik kedua, kapal mengalami kerusakan mesin. Akhir nya harus terombang-ambing di atas danau selama 2 jama sampai pertolongan tiba. Godaan untuk berenang di titik terdalam cukup besar, tetapi mengingat kondisi badan yang sudah sangat lelah, niat ini pun harus diurungkan. Hanya bisa gigit jari melihat rekan-rekan yang lain asyik berenang. Setelah 2 jam, kapal penolong pun datang. Kami pun berpindah kapal dan sampling di titik terakhir di lanjutkan dan berakhir di Pendolo. Setelah mengisi perut dengan ayam goreng dan sup panas, perjalanan di lanjutkan menuju Sorowako. Tikungan tajam dan pendek pun kembali menyambut. Beberapa bagian jalan setelah melewati perbatasan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan pun ada yang rusak dan dalam perbaikan. Malam pun tiba. Tidak banyak yang bisa di lihat sepanjang jalan. Waktu tempuh dari Pendolo ke Sorowako selama 4 jam akhirnya terselesaikan juga. Kami tiba dengan selamat dan rasa penat luar biasa plus masuk angin :).



Note :
* Gak banyak mengabadikan keindahan alam karena tidak ada kesempatan untuk berhenti selama perjalanan dari satu kota menuju kota lain.

* Setiap memesan makanan di semua tempat makan yang disinggahi, perlu kesabaran menunggu sekitar 1 jam sebelum makanan yang di pesan selesai dihidangkan. Jadi, harus sabar dan ngemil atau killing time dengan ngobrol ngalur ngidul.

* Telkomsel ada dimana-mana dan sinyal baik. Jadi lebih baik bawalah kartu telkomsel selama perjalanan.

Monday, May 11, 2009

Kolonodale

Kebetulan kuliah minggu ini diliburkan, plan mancing ke Kolonodale terlaksana.
Sabtu, 9 Mei, jam 5 pagi dah di jemput kakek untk nyebrang ke Nuha. Gondrong n Tama dah nunggu di dermaga. Jam 5.15 nyebrang dgn raft. Tiba di Nuha jam 5.45 pagi. Perjalanan dg sepeda motor pun di mulai. Satu jam ptama yg dilalui jalan berbatu. Tiba di kebun karet skitar jam 8 pagi dimanfaatkan utk foto2 dan meluruskan kaki. Ini pemandangan terindah yg diliat sepanjang jalan. 30 menit istirahat, pjalanan dilanjutkan. Dari cerita Kakek, baru tahu kalo Tibo dimakamkan di Beteleme. Kakek nunjukin makamnya yg tpisah cukup jauh dgn makam yg lain.
Memasuki Beteleme, mata ku sekilas membaca tulisan KALEDO..hmm..ni perut yg dah kukuruyuk minta diisi tergoda,tapi perjalanan harus lanjut. Untunglah jalan Betheleme - Kolonodale adalah jalan aspal. Sekitar jam 9, tiba deh di Kolonodale dgn Teluk Tomini nya.
Semangat membara lagi,apalagi laut sangat tenang. Pas banget buat mancing. Setelah menikmati makan siang dgn menu ikan garam (ikan laut) dan ikan darat(ikan air tawar), kami pun nyari perahu. Oh iya, masyarakat Kolonodale ramah banget. Bahasa mereka seperti Bahasa Manado.
Sayang, perahu yg dibutuhkan ga tersedia. Jadi akhirnya mancing dialihkan di sekitar pelabuhan saja.
Alhasil ya ga dapet ikan besar.
Kekecewaan kami terobati dgn menu makan malam suguhan Tante Lina yang nikmat banget. Ikan bakar dan kepiting plus sambal rica2. Maknyuss dah. Perut kenyang, badan lelah dan hujan deras, Kami pun masuk kamar untuk istirahat.
Minggu, 10 Mei. Bangun pagi niat mo ke pelelangan ikan. Tapi yg lain belum bangun. Ya sudah, mending bird n fisherman watching aja deh dari balkon. Setelah yang lain bangun, kemudian siap pulang. Sarapan dulu dengan ikan boto2 khas Kolonodale plus sayur daun ubi dan sambal rica2. Pas banget di lidah.. Maknyuss.
Jam 9 pagi Kolonodale kami tinggalkan untuk kembali ke Sorowako. Sampai berjumpa lagi Kolonodale.

Wednesday, April 15, 2009

Kota-kota Sulawesi Selatan

Ide travelling di hari pemilu tercetus setelah buat strategi plan sana sini. Mulai dr minjem mobil, buat estimasi budget, ngeker potensi orang2 yg bisa di ajak travelling, sampai hunting peta lokasi. Akhirnya, terlaksana dengan sempurna di hari H. Kota2 yang di kunjungi Bantimurung (konon terkenal dgn populasi kupu2. Tapi begitu disana, ga ada satu pun. Yang menarik adalah Goa Batu dan Goa Mimpi), Bantaeng (pusat budidaya rumput laut), Bulukumba, Tanjung Bira (punya keindahan pantai yang hampir sama dengan Pantai Parai di Bangka), Makassar (pusat shopping dan wisata kuliner), Soppeng (di pusat kota,tepatnya di sekitar masjid agung terdapat pohon yg dihuni kelelawar ukuran besar. Ke arah pinggir kota, hal ini ga ditemui.) dan yang terakhir menempuh rute alternatif Mks - Soroako.