Sunday, June 14, 2009

Manado - Gorontalo - Poso - Sorowako

Terinspirasi dengan catatan perjalanan Mas Gunara touring dari Sorowako - Manado - Sorowako, cita-cita itu pun kesampaian. Bersama dengan tim dari LIPI (Peter Hehanussa), Windsor University (Doug Haffner & James Valliant), dan Paul Hamilton perjalanan darat Manado - Sorowako pun dimulai.

8 Juni 2009, Kami bertemu di bandara Hasanuddin Makassar untuk bersama-sama berangkat menuju Manado. Sungguh sangat menyenangkan bertemu dengan teman-teman lama. Dengan Garuda GIA 602, kami berangkat tepat pada waktunya. Tiba di Manado, kami sudah di jemput oleh 2 supir (Tommi and Sufyan) langsung menuju Danau Tondano. Di Tondano kami menginap satu malam di resort. Peralatan untuk sampling esok hari pun disiapkan. Malam pun menggantikan siang. Kami makan malam di RM. Danau Tondano, sekitar 10 menit dari hotel. Sudah pasti menu makannya adalah ikan dan udang.

9 Juni 2009, Kami melakukan sampling di Danau Tondano. Menurut sudut pandang ilmiah, Danau ini terlalu kaya akan unsur hara, sehingga tidak mengherankan banyak ditemui enceng gondok, keong mas dan tanaman pengganggu lainnya. Kalau pemerintah setempat tidak segera mengambil tindakan pengendalian, bisa jadi lama-lama danau ini akan hilang. Lokasi paling dalam yang terbaca hanya kisaran 20 meter. Ikan endemik nya pun sudah sangat jarang untuk di temukan. Selesai sampling, perjalanan di lanjutkan menuju Gorontalo. Pemandangan alam yang indah kembali menghibur mata. Sayangnya gak sempat mampir ke Bukit Kasih (Di bukit ini ada 5 rumah ibadah yang di bangun sebagai simbol keragaman umat beragama di Sulawesi Utara). Kendaraan yang paling menarik perhatian selama perjalanan adalah BENTOR (becak motor). Berbeda dengan bentor yang ada di Medan, Bentor di Sulawesi Utara dilengkapi dengan sound system. Jadi sepanjang jalan mengantar penumpangnya, musik pun turut mengalun... dan gak tanggung-tanggung kencang banget. Setelah menempuh 8 jam perjalanan, kami tiba di Gorontalo dan menginap di Hotel Yulia. Sangat menyenangkan bisa bertemu dengan teman SMA, dan ngobrol sampai jam 12 malam.

10 Juni 2009, Sampling di Danau Limboto pun di mulai. Kondisi danau berkedalaman terdalam 6 meter ini tidak jauh berbeda dengan Danau Tondano. Hampir seluruh permukaan danau telah ditutupi dengan enceng gondok dan kaya dengan unsur hara. Selesai sampling di danau ini, perjalanan dilanjutkan menuju Tentena. Singgah makan siang di Pohwatu, dengan menu ikan bakar yang yummmiiii banget. Ikan nya bener-bener masih segar. Perjalanan masih panjang menuju Tentena. Akhirnya diputuskan untuk menginap di Kota Raya, Sulawesi Tengah. Lumayan sulit mencari penginapan, karena kedatangan kami bertepatan dengan kedatangan para pedagang yang akan berjualan pada esok hari. Akhirnya dapet juga penginapan yang murah meriah. Namanya Ojo Lali. Ternyata di kota ini memang banyak sekali pendatang dari Jawa.

11 Juni 2009, Perjalanan menuju Tentena dilanjutkan. Keindahan Teluk Tomini sepanjang jalan benar-benar tiada taranya mengiringi kelokan jalan yang bertubi-tubi. Saat melewati kota Poso, sisa kerusuhan beberapa tahun lalu masih terlihat. Tiba di Tentena waktu menunjukkan pukul 6 sore. Kami menginap tepat di tepi Danau Poso (Hotel Intim Danau Poso). Rasa lelah dan kantuk membawa kami ke peraduan alam mimpi dengan begitu cepat.

12 Juni 2009. Hari ini sampling terakhir dan menjadi penutup perjalanan. Danau Poso dengan kedalaman 400 meter, menyajikan keindahan yang hampir sama dengan Danau Matano. Danau ini lebih luas. Ikan endemik nya adalah Sukini (sejenis belut yang bertelur di laut dan tumbuh dewasa di danau Poso). Angin kencang dan ombak yang cukup keras membawa kami ke titik-titik pengambilan sample. Di titik kedua, kapal mengalami kerusakan mesin. Akhir nya harus terombang-ambing di atas danau selama 2 jama sampai pertolongan tiba. Godaan untuk berenang di titik terdalam cukup besar, tetapi mengingat kondisi badan yang sudah sangat lelah, niat ini pun harus diurungkan. Hanya bisa gigit jari melihat rekan-rekan yang lain asyik berenang. Setelah 2 jam, kapal penolong pun datang. Kami pun berpindah kapal dan sampling di titik terakhir di lanjutkan dan berakhir di Pendolo. Setelah mengisi perut dengan ayam goreng dan sup panas, perjalanan di lanjutkan menuju Sorowako. Tikungan tajam dan pendek pun kembali menyambut. Beberapa bagian jalan setelah melewati perbatasan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan pun ada yang rusak dan dalam perbaikan. Malam pun tiba. Tidak banyak yang bisa di lihat sepanjang jalan. Waktu tempuh dari Pendolo ke Sorowako selama 4 jam akhirnya terselesaikan juga. Kami tiba dengan selamat dan rasa penat luar biasa plus masuk angin :).



Note :
* Gak banyak mengabadikan keindahan alam karena tidak ada kesempatan untuk berhenti selama perjalanan dari satu kota menuju kota lain.

* Setiap memesan makanan di semua tempat makan yang disinggahi, perlu kesabaran menunggu sekitar 1 jam sebelum makanan yang di pesan selesai dihidangkan. Jadi, harus sabar dan ngemil atau killing time dengan ngobrol ngalur ngidul.

* Telkomsel ada dimana-mana dan sinyal baik. Jadi lebih baik bawalah kartu telkomsel selama perjalanan.

1 comment:

  1. kereeeeennnn... dari dulu pengen banget Trans Sulawesi tapi blum sempet...
    what a great adventure...

    ReplyDelete