Saturday, July 2, 2011

Kepulauan Riau (Singkep, Lingga, Batam dan Bintan)

Langit biru menyertai perjalanan menuju Kepulauan Riau (KepRi) hari itu. Setelah menempuh perjalanan dengan bis malam selama 12 jam menuju Makassar, mata ini pun terlelap di dalam burung besi yang menerbangkanku menuju Jakarta. Perjalanan ku hari ini akan panjang dan lama. 


Tiba di Jakarta masih ada waktu sekitar 4 jam sebelum terbang lagi. Aku menunggu kedatangan Ririn sambil mengisi perut yang sudah mulai kelaparan. Tak lama menunggu datang lah partner traveling ku ini. Kami pun segera check in untuk penerbangan menuju Batam. Di dalam lounge, kami pun browsing informasi tempat yang akan di kunjungi dan mendiskusikan beberapa draft itinerary trip kami selanjutnya.Sang Garuda memanggil. Kami pun bersiap menuju Batam. Penerbangan 1 jam 18 menit ini kembali menina bobokkan mataku.
Setibanya di Batam, kami langsung mencari taksi untuk mengantarkan menuju Punggur (pelabuhan penyeberangan dari Batam ke Bintan (TPI)). Alhamdulillah hari itu semua serba tepat waktu. Setiba nya di Punggur, kapal ferry yang kami tumpangi segera berangkat hanya sekitar dua menit setelah kami masuk ke dalam. Hampir semua bangku terisi sore itu. Padahal ada 3 kapal ferry yang menyebrang setiap 15 menit ke TPI. Dalam perjalanan kami sempat berbagi cerita dengan salah satu penduduk yang cukup lama tinggal di Tanjung Pinang. ABG gitu dah. Jarak tempuh sekitar 1 jam tidak terasa dengan cerita yang keluar dari mulutnya. 
Setiba nya di Pelabuhan Sri Bintan Pura, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 6 sore. Saya segera menghubungi pihak Hotel Purnama untuk minta dijemput. Karena letak pelabuhan dan Hotel cukup dekat sekitar 5 menit naik mobil, maka penjemputannya Free. Walaupun kamar yang kami ambil kamar standard, tapi kondisi kamar nya bersih dan nyaman. Begitu pula air panas yang tersedia sangat sesuai dengan yang ku harapkan (tapi tetep aja sih nggak mandi malam itu :D). Setelah sholat magrib, kami pun mencari informasi tempat yang menarik untuk dikunjungi. Karena sudah gelap, tempat yang di cari sudah tentu tempat makan :). Karena malam itu cukup banyak tamu hotel yang akan menggunakan jasa free shuttle, kami pun memutuskan untuk menggunakan angkot (istilah orang Bintan : transport). Tujuan pertama kami adalah Lapangan Pamedan Square. Konon sih lagi ada pameran budaya di tempat ini. Dalam pikiran kami, sudah pasti akan banyak jenis makanan yang dijual. Ternyata keliru. Memang ada pameran budaya, tapi bukan tempat penjual makanan. Kami pun segera menuju tempat berikutnya yaitu Akau Potong Lembu. Kalau melihat fotonya di Peta Bintan, seperti nya ramai sekali tempat ini. Begitu turun dari angkot, sempat bingung juga. Kok diturunkan di gang ma supir angkot. Ya sudah lah, kami ikuti saja arus orang yang berjalan ke dalam gang. Dan ternyata, tempat ini benar-benar ramai. Beragam penjual makanan ada di sini. Dan ini tempat nongkrong tua dan muda. Awalnya sempat ragu juga sih untuk makan disini melihat semua penjual adalah etnis Cina. Untuk cari aman supaya nggak makan babi, kami pun memilih makan Gong Gong.
Rasanya segar dan enak. Beda rasanya dengan Gong Gong yang pernah kucoba di Singapura. Karena misi malam ini adalah wisata kuliner, kami pun tidak kalap untuk menambah porsi berikutnya. Kami pun mencari makanan lain. Nah, ada sate padang nih. Bumbu sate padangnya pun sedap banget. 
Tidak pelit bumbu lah. Minuman pendamping yang ku pilih adalah teh tarik. Warga di sini menggunakan bahasa Melayu dalam kesehariannya. Dan itu mulai terasa sejak kami naik Ferry dari Batam. Serasa di negeri tetangga dah.
Tempat selanjut nya adalah  Melayu Square. Tidak jauh berbeda dengan Auk Potong Lembu. Hanya saja di sini tempatnya lebih luas. Setelah berkeliling sebentar, kami pun memesan satu porsi Kerang Lokan.
Kulit kerang ini cukup besar dengan diameter sekitar 5 cm. Jadi penasaran apakah isinya akan sebesar kulit kerangnya. Dan setelah 20 menit, kerang lokan yang dimasak dengan bumbu tauco pun terhidang. Agak sedikit pedas, karena di kota ini, cabai yang digunakan adalah cabai rawit. Ternyata isi dari kerang lokan ini hanya seperlima dari ukuran kulitnya. 
Tapi rasa masakannya enak banget. Perut ini pun sudah penuh. Kami pun memutuskan untuk berjalan kaki menuju hotel. Jarak tempuhnya hanya 5 menit jalan kaki saja. Badan pun sudah mulai penat minta istirahat. 

Pagi hari kami pun siap-siap untuk menyeberang menuju Pulau Singkep. Karena kepagian tiba di pelabuhan, kami pun menyempatkan diri untuk mengunjungi Pulau Penyengat sekitar 10 menit naik pompong (read : kapal kayu kapasitas sekitar 20 orang). Pulau ini adalah hadiah dari Sultan Mahmud Shah III kepada permaisuri nya Raja Hamidah (Engku Putri). Hampir semua bangunan bersejarahnya di cat berwarna kuning. Karena waktu kami terbatas, kami pun memutuskan menggunakan bemor (becak motor) yang berfungsi mengantarkan wisatawan menuju tempat-tempat bersejarah. Tempat yang pertama kali dikunjungi adalah Masjid Raya Sultan Riau yang dibangun tahun 1803. Di dalam masjid ini terdapat mushaf Al Quran yang ditulis tangan. Setelah mendapat ijin dari penjaga masjid, saya di perbolehkan untuk mengambil foto bagian dalam masjid. Satu hal yang agak sedikit menggelitik saya adalah foto di bawah ini. 

Perjalan berikutnya adalah menuju makam Engku Putri. Di dalam makam beliau terdapat Gurindam Dua Belas. Ini lah yang menyebabkan Tanjung Pinang disebut sebagai Negeri Gurindam. Tempat selanjut nya makam adik Sultan Mahmud Shah, Puing istana Raja Hamidah, Istana Kantor dan Balai Adat Melayu. Di balai adat ini sempat mencicipi air sumur yang terletak di bawah Balai Adat. Awalnya sempat ragu untuk mencicipi nya. Apalagi letak Balai Adat ini hanya sekitar 50 meter dari tepi pantai. Pasti airnya payau. Dan teranyata air nya seger banget euy. Kalah dah rasa air botol kemasan. Di dalam Balai Adat terdapat pelaminan yang cukup indah. Satu tempat yang tidak sempat di kunjungi adalah benteng pertahanan karena waktu yang terbatas. 

Kami pun kembali menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura untuk menunggu kapal yang akan membawa kami menuju Pulau Singkep. Sayangnya, karena ombak besar, kapal yang kami tunggu mengalami keterlambatan sekitar 1 jam. Kapalnya ternyata seukuran dengan Ferry Batam - Bintan. Agak deg-deg an juga, karena jarak tempuhnya adalah kurang lebih 4 jam (kalau cuaca baik). Cuaca yang cukup terik dan ayunan ombak yang cukup besar pada saat melewati Pulau Galang, cukup membuat jackpot beberapa penumpang. Dan kantong plastik yang disediakan pun laris manis :). Pada saat menurunkan penumpang di Pulau Cempa, aku menyempatkan diri untuk keluar sebentar sembari meluruskan kaki. Pemandangan di Pulau ini cukup indah. Langit biru menghias di sore itu. Perjalanan menuju Pulau Singkep pun dilanjutkan. Untung saja ombak sudah tidak begitu besar, sehingga kapal bisa dipacu lebih cepat. Akhirnya, kami tiba di pelabuhan Jagoh, Dabo, Pulau Singkep. Kakak ku sudah menunggu disana. Dengan mengendarai kendaraan umum, kami pun menuju rumah dinasnya sekitar 1 jam dari pelabuhan. Alhamdulillah kondisi jalan nya sangat bagus. Tiba di rumah dinas, kami pun beristirahat sejenak. Dengan kendaraan roda dua, kami pun berkeliling kota Dabo dan makan malam di salah satu warung makan sederhana. Tapi hidangan yang disajikan luar biasa enaknya. Segar dan tidak pelit bumbu. Pesanan saya malam itu adalah capcay goreng.
 Dan menu yang dipilih partner ku adalah Sup Campur.
Malam pun semakin larut. Kami pun kembali untuk beristirahat. 

Pagi-pagi sekali kami pun kembali bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan menuju Pulau Lingga. Kebetulan Kakakku juga dinas disana. Untuk menuju Jagoh, kami pun menyusuri pesisir pantai. Pemandangan yang indah di pagi hari. Dan bersyukur juga, karena artinya tidak ada ombak besar dalam perjalanan nanti. Tiba di pelabuhan Jagoh, orang sudah ramai untuk menyeberang. Ada yang ke Tanjung Pinang, ada yang ke Batam dan beberapa pulau lainnya. Untuk menuju Pulau Lingga, kami menggunakan pompong (speed boat kapasitas 18 orang). Jarak tempuh sekitar 30 menit. Setibanya di pelabuhan Daik, Pulau Lingga, mobil jemputan pun sudah menunggu. Karena Kakakku harus kerja, kami pun mengeksplore sendiri kota Daik ini berdasarkan informasi dari nya. Tempat tujuan pertama adalah Air Terjun Resun. Sekitar 30 menit perjalanan dari Daik. Akses jalan lumayan bagus dan di aspal walau ada bolong di beberapa ruas jalan. Penunjuk untuk masuk ke air terjun ini masih kurang. Setelah bertanya pada penjaga warung, kami pun menemukan gerbang menuju air terjun. Sayang nya, mobil harus di parkir di pinggir jalan, karena akses masuk nya tidak memungkinkan. Kalau bawa 4WD bisa :). Jalan menuju air terjun bukan lah hutan belantara. Jalan nya cukup lebar untuk dilalui 2 mobil. Tapi karena mobil tidak bisa masuk di entry point, kami pun harus berjalan kaki. Awalnya agak deg-deg an, karena nggak tahu seberapa lama harus berjalan kaki dan medan nya seperti apa plus kami hanya berdua perempuan pula. Selain itu, perut ini belum diisi nasi sejak pagi. Dengan bermodalkan masing-masing satu botol air kemasan dan permen 4 biji, kami pun mulai melangkahkan kaki. Cuaca cerah dan langit biru. Untuk memecah kesunyian kami pun saling bertukar cerita. Di tengah perjalanan, serombongan monyet yang melompat dari satu pohon ke pohon lain cukup membuat kaget dan khawatir. Takut mereka turun dan menyerang. Untungnya sih mereka tetep tenang-tenang saja di atas pohon. Derasnya air sungai menjadi penyenangat kami. Meyakinkan bahwa jarak nya tidak begitu jauh lagi.  Eh... tiba-tiba ada satu tanjakan yang lumayan akan menguras tenaga nih. Kami pun beristirahat sejenak di pondok. Seperti nya pondok ini memang sengaja dibangun untuk persiapan sebelum mendaki. Kebetulan ada sebatang tongkat yang bisa digunakan untuk membantu perjalanan. Kami mulai lah mendaki... dan kembali meyakinkan hati bahwa tempat nya tidak jauh lagi. Dan benar saja. Kami tiba di air terjun Resun dengan mandi keringat (keringat dingin karena rasa ragu + keringat lelah :p). Huff.... air terjun yang indah. Batu-batu nya licin dan harus ekstra hati-hati saat di injak. 

Cukup lama kami berada di sini. Menikmati derasnya suara air terjun. Dan mengisi paru-paru yang kembang kempis dengan udara yang bersih dan segar. 
Perjalanan selanjutnya menuju pemandian Lubuk Papan. Tidak hanya pemandian yang jadi objek utama. Ada juga Balai Adat, Replika Istana Dammah dll. nya. Sebelum masuk ke lokasi ini terdapat papan petunjuk informasi. Panggilan makan siang dari kakakku mengistirahatkan kami sejenak dari eksplorasi kota Daik. Hidangan makan siang yang disajikan sungguh menggugah selera. Enak banget :). 

Bobok siang sebentar, kami pun kemudian melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Pasir Panjang Karang Bersulam. Kawasan pantai dengan pasir putihnya. Dan ditututup dengan mengelilingi kota Daik. Satu hal yang unik di Daik adalah Gunung Daik yang memiki 3 puncak bercabang. 

Pagi kembali menjelang. Perjalanan panjang menuju Batam akan kami tempuh lagi hari ini. Hari itu kami memutuskan untuk menghabiskan waktu di atas kapal daripada berada di dalam kapal Ferry. Karena kapal ini kapal subsidi, maka akan singgah di beberapa pulau-pulau yang dilewati. Salah satu perhentian adalah di tengah laut. Awalnya sempat bingung kenapa nih kapal berhenti di tengah jalan. Eh nggak tahu nya ada penumpang yang akan turun. Beberapa pompong sudah mendekat, dan penumpang pun berpindah ke pompong tersebut. Persinggahan selanjut nya di beberapa pulau kecil. Setelah 5 jam, kami pun tiba di Batam dan langsung menuju hotel. Berakhir sudah petualangan singkat di Kepulauan Riau ini :).


Kemanakah trip ku selanjut nya??


Salam Jalan-jalan.

Foto-foto selengkapnya bisa dilihat di Trip KepRi 2011


3 comments:

  1. keren-keren fotonya, menggoda juga hihi

    ReplyDelete
  2. halo, salam kenal. boleh minta info jadwal kapal dari tanjung pinang ke lingga? makasih ya.

    ReplyDelete