Monday, December 13, 2010

Indah nya Indonesia Timur (Ternate, Tidore, Halmahera)

Gambar Gunung Tidore dan Pulau Maitara di mata uang Rp 1.000,- menjadi tujuan trip ku berikutnya. Berbekal itinerary dari seorang kawan (Si Gentar Alam) dan nomer telepon seorang kawan yang akan membantu selama di sana, niat untuk menginjakkan kaki di Ternate - Tidore pun terlaksana. Dan itu adalah perjalanan pertama kali kami ke Indonesia Timur.

Untuk mengoptimalkan trip kali ini, di pilih lah penerbangan jam 00.30 pagi. Berat banget mata ini menahan rasa kantuk. Untunglah kali ini Sriwijaya air agak tepat waktu memberangkatkan penumpangnya. Telat 10 menit masih bisa dimaklumin kan :). Dan pastinya, begitu sudah di dalam pesawat, langsung tidur dah.
Setelah transit di Makassar selama 20 menit (untung penumpang boleh tetap tinggal di dalam pesawat), penerbangan dilanjutkan menuju Ternate dan tiba jam 07.15 pagi. Sayang nya, luput mengabadikan Gunung Tidore (yang bisa dilihat penumpang yang duduk di sebelah kanan) pada saat akan mendarat di Bandara Sultan Babullah.
Agak sedikit takjub begitu keluar dari badan pesawat melihat pemandangan di sekitar airport. Tidak se - primitif yang selama ini ku bayangkan walaupun bandaranya memang kecil. Rekan yang akan membantu selama trip juga sudah menunggu. Namanya kang Junaedi. Setelah berkenalan sebentar, kami langsung mencari ojek motor untuk menaruh tas backpack di hotel. Kami menginap di Hotel Boulevard.

Halmahera Barat (Jailolo)

Kota yang kami kunjungi pertama kali adalah Jailolo yang terletak di Halmahera Barat. Konon durian yang dihasilkan di kota ini sangat enak dan dagingnya tebal. Sayangnya pada saat itu sedang tidak musim durian. Kami pun menuju Pelabuhan Dufa-dufa (Ternate). Disana banyak berjejer speed boat berpenumpang 12 - 50 orang. Dan bahan bakar yang digunakan untuk engine nya adalah minyak tanah. Jarak tempuh menuju Jailolo sekitar 1 jam (kesempatan buat tidur lagi). Walau menyeberangi lautan, tapi laut hari itu sangat tenang. Tiba di pelabuhan Jailolo, kami sarapan di warung yang menjual nasi kuning yang disuguhkan dengan ikan tongkol dimasak sambal, mi goreng dan krupuk. Rasanya pas banget di lidahku. Nah sekarang gimana caranya mau keliling Jailolo. Mau ngojek ya ogah banget. Panas matahari bener-bener menyengat. Pasti bakalan terbakar dah nih kulit. Akhirnya diputuskan menyewa angkot yang ada di pelabuhan.


Setelah tawar menawar sesaat dengan Nyong Nurdin, kami pun mulai bergerak ke spot wisata pertama yaitu Pantai Susupu (sekitar 20 menit dari pelabuhan). Tiba di sana tidak ada deburan ombak yang menyambut. Tenaaangg banget. Pantai nya berpasir hitam, tapi beningnya air laut indah banget. Hijau. Dan sekitar 50 meter dari bibir pantai, ada dua kapal nelayan yang cukup besar sedang menjaring ikan untuk umpan. Wuih... bener-bener masih alami dah pantai ini. Ada juga seorang bapak yang sedang memotong gelondongan kayu menjadi papan untuk bahan baku rumah. Traveling kali ini nggak ada acara snorklingnya. Agak sedikit menyesal juga sih, karena air laut nya tidak begitu asin dan air nya sangat menggoda. Apalagi melihat nelayan berlompatan ke air untuk berenang. Kami berjalan ke ujung pantai untuk menikmati keindahan Pantai Susupu.

Visibility Air Laut Pantai Susupu



Nelayan mengumpulkan ikan
Pantai Susupu

Tempat selanjutnya yang dikunjungi adalah Pantai Marimbati dimana di pantai ini ada Kesultanan Halmahera. Pantai nya tidak seindah Pantai Susupa. Dan rumah sang Sultan seperti foto di bawah ini. Jauh dari kesan istana seperti di istana kesultanan di Jawa.


Pantai terakhir yang dikunjungi adalah Pantai Idamdehe. Tiba di sini, sudah ada truk penambang pasir dan penambangnya. Sayang nya mereka tidak tahu bahwa kegiatan mereka akan merusak pantai tersebut. Di sini, kami tidak berlama-lama karena perut sudah mulai lapar. Kami pun menuju salah satu rumah makan yang menyajikan menu ikan segar. Lumayan lama untuk penyajian sekitar hampir 1 jam. Tapi begitu terhidang di depan mata... hmmm .. rasa ikan yang dimasak rica sangat nikmat plus sepiring kangkung tumis. Kuliner Maluku Utara ini (Halmahera, Ternate dan Tidore) dan Manado hampir mirip. Bahasa pun hampir serupa. Untungnya Ririn dan Kang Jun bisa bahasa Manado, jadi Nyong Nurdin juga senang bercakap-cakap dengan kami. Sayang nya aku nggak ngerti bahasa Manado, jadi hanya bisa menangkap sepatah dua patah kata percakapan mereka. Kabarnya di tahun 2011 akan di selenggarakan Festival Teluk Jailolo. Sayangnya di sana belum ada penginapan seperti Hotel atau Resort. Jadi turis umumnya akan bermalam di Ternate.
Pelabuhan Jailolo
Transportasi dari Ternate - Jailolo v.v hampir ada setiap jam mulai dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Speed boat yang kami gunakan untuk kembali ke Ternate kali ini cukup besar dengan kapasitas 30 penumpang. Begitu kapal bergerak meninggalkan pelabuhan, hujan pun mulai turun. Ombak pun mulai mengayun-ayun kapal. Serasa di nina bobokkan dan aku pun terlelap sampai di pelabuhan Dufa-dufa. Hujan pun menyambut begitu tiba di Ternate. Kami bergegas naik angkot menuju hotel dan beristirahat sebentar sampai jam 7 malam. Malamnya, kami berjalan di daerah Tapak 3 untuk melihat kemeriahan malam Ternate. Karena habis hujan, jalan belum ramai. Apalagi siang hari nya baru saja di adakan perlombaan motor racing. Umumnya, kota ini akan ramai setelah waktu Isya. Angkot di sini sama seperti di Manado yang full music dan di pasang speaker. Tapi kalau lewat di depan masjid, mereka akan mematikan speakernya. Berbekal dengan martabak telur dan kue pukis, kami kembali ke hotel untuk tidur dan menyantap makanan yang kami bawa.


Tidore
Untuk menuju Tidore, kami menuju Pelabuhan Bastiong dengan angkot. Pelabuhan ini lebih besar lagi dibandingkan Pelabuhan Dufa-dufa. Kapal nya pun lebih beragam. Ada kapal Pelni, speed boat, kapal kayu dan kapal feri.

Pelabuhan Bastiong dengan latar Gunung Tidore dan Pulau Maitara
Nah sempat sakit perut juga nih gitu tiba di Bastiong. Agak khawatir mau ke Toilet umum takut nggak bersih. Tapi apa mau di kata, hanya fasilitas itu yang tersedia. Dan untungnya toilet nya bersih dan tidak beraroma. Setelah selesai membuang hajat, kami pun menuju Pelabuhan Rum (Tidore) dengan speed boat berpenumpang 20 orang. Waktu tempuhnya hanya 10 - 15 menit.
Pelabuhan Rum - Tidore
Untuk menuju ke pusat kota Tidore, kami menggunakan angkutan umum yang ada di luar pelabuhan. Waktu tempuh nya sekitar 45 menit untuk sampai di Terminal Soasio, tempat dimana kami menunggu teman Kang Jun yang akan menemani kami di Tidore. Beliau juga yang membantu nego harga untuk angkot yang akan kami gunakan. Kali ini si Nyong tidak seramah Nyong Nurdin. Lebih tepatnya agak pemalu :). Dari terminal kami menuju Benteng peninggalan Portugis dengan 1000 anak tangga (walau jumlahnya sih nggak sebanyak itu). Jumlah anak tangganya sih nggak masalah. Terjalnya yang hampir 90 derajat dan jarak antar anak tangga yang lumayan tinggi, membuat napas ini tersengal-sengal.

1000 anak tangga
Setelah menapak anak tangga sekitar 5 menit, tibalah kami di benteng. Sayang nya tidak terawat dan beberapa bagian sudah runtuh. Konon bagian dalam dari benteng tersebut menghubungkan benteng lainnya yang berada di samping Istana Kesultanan Tidore.



Kota Tidore telah memperoleh penghargaan adipura sebanyak 4 kali. Tidak mengherankan karena kota ini sangat bersih dan tertata rapi. Dari benteng kami melanjutkan perjalanan ke Istana Sultan Tidore.



Kali ini bangunannya lebih indah dibandingkan yang ada di Jailolo. Sayang nya kami tidak didampingi orang asli Tidore. Sehingga tidak berkesempatan untuk melihat mahkota kerajaan Tidore yang kabarnya tumbuh rambut dan dihias batu permata. Perjalanan dilanjutkan menuju perkampungan di kaki gunung Tidore. Jalan nya bukan seperti jalan pegunungan umumnya yang berbelok-beok. Tapi lurus dan terjal. Walaupun semua jalan sudah di aspal bagus, tapi tetap aja khawatir. Beberapa desa kami lewati diantaranya Folarora, Gurabunga dan Ladake. Semakin ke atas, semakin kami kagum dengan pulau ini. Bersih dan bangunannya tertata rapi. Udara pun semakin sejuk, dan kabut pun sudah menutup puncak Gunung Tidore. Dari Desa Ladake, kami bisa melihat Kota Ternate dan puncak G. Gamalama yang tertutup kabut. Indah :).




Karena waktu masih cukup panjang, kami pun memutuskan untuk mengisi perut dulu di Restoran Safira. Menu yang kami pilih tentu saja ikan. Tapi karena waktu penyajian cukup lama, kami memutuskan berjalan-jalan menyusuri pantai dan mengamati nelayan yang sedang memperbaiki jaringnya.


Perjalanan selanjutnya ke Pantai Akesahu. Di pantai ini terdapat sumber air panas. Biasanya kan sumber air panas ada di gunung.





Pantai ini juga menawarkan keindahan yang menawan. Air laut nya jernih seperti di Pantai Susupu.


Visibility Air Laut di Pantai Akesahu


Ternate
Tempat wisata dan sejarah di tempat ini lebih kaya dibandingkan Tidore. Beberapa benteng masih terlihat bentuknya. Tujuan pertama adalah Cengkeh Afo (dalam bahasa Ternate arti Afo = Tua). Saya nggak punya bayangan seperti apa sih cengkeh Afo ini. Yang terlintas hanyalah hamparan pohon cengkeh. Ternyata salah besar. Untuk menuju ke tempat ini harus menempuh jalan mendaki seperti di Tidore. Dan sekitar 20 menit berkendara, kami tiba di titik awal pendakian ke Cengkeh Afo. Lagi-lagi harus berjalan kaki. Sayangnya fasilitas untuk menuju ke tempat ini mulai tak terawat. Beberapa handrail sudah hilang dan jalan lumayan licin walaupun di semen. Napas sudah mulai tersengal-sengal. Tergelitik dalam hati untuk menanyakan apa sih yang ada di tempat ini. Ternyata, Cengkeh Afo yang dimaksud adalah cikal bakal dari pohon cengkeh yang tumbuh di sekitar nya. Umurnya sudah 100 tahun. Cengkeh Afo yang kami datangi bukanlah yang tertua. Karena pohon yang umur nya 300 tahun sudah punah. Ada juga pohon pala (dalam bahasa Ternate disebut juga Apel Ternate). Salah satu komoditi yang mempunyai nilai jual tinggi.

Kesempatan untuk melihat mahkota kerajaan Ternate juga tidak ada.  Jadi hanya ngambil foto dari luar aja.
Istana Kesultanan Ternate
Puas menikmati Istana, berlanjut menuju Benteng Tolukko. Dalam perjalanan terdapat sebuah makam. Konon kabarnya sudah beberapa kali makam ini berusaha untuk dipindahkan, tapi setiap orang yang akan menggali untuk memindahkan makam ini, akan meninggal sehari sebelum pelaksanaan. Akhirnya makam ini dibiarkan saja berada di jalan umum.

Tiba di benteng Tolukko, kami terkesan dengan keindahan benteng ini. Walau tidak sebesar Fort Rotterdam di Makassar. Di benteng ini kami bisa melihat kaki G. Gamalama, G. Tidore dan P. Maitara. Seorang bapak penjaga menceritakan kisah-kisah benteng di Ternate ini. Detail informasinya di Sejarah Benteng Tolukko.


Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Desa Batu Angus. Tiba di tempat ini, batunya bener-bener seperti hangus terbakar. Asal nya sih dari letusan G. Gamalama puluhan tahun silam. Cool.


Pantai Sulamadaha adalah pantai yang terakhir di kunjungi. Ini adalah salah satu obyek wisata andalan di Kota Ternate di hari libur. Pasir pantainya hitam seperti di Jailolo. Tapi kali ini deburan ombak nya lebih keras dibandingkan di Tidore dan Halmahera. Kejernihan airnya juga luar biasa. Warna permukaan air hijau. Sambil menikmati keindahan ini, disempatkan pula menikmati pisang goreng (Jenis pisangnya adalah pisang mulut bebe) dan kelapa muda. Hari yang indah.


Pantai Sulamadaha



Tujuan berikutnya adalah Danau Tolire. Di danau ini terdapat buaya putih yang hanya akan muncul di permukaan apabila di panggil sang pawang. Dan munculnya hanya pada hari-hari tertentu saja. Nah salah satu lagi yang unik adalah kalau kita melempar batu ke tengah danau tidak akan pernah sampai. Pasti batunya akan jatuh di tepi danau. Danau ini bisa dikelilingi dengan jalan kaki, sebagian jalan sudah di semen.




Dari Tolire menuju benteng Kastela. Sayang sekali benteng ini hanya tinggal dinding saja dan tugu cengkeh yang mengisahkan pembunuhan Sultan Khairun (sultan pertama) oleh bangsa Portugis. Dan sayangnya yang menjaga tempat ini juga tidak mengetahui sejarah benteng ini. Miris hati ini jadinya. Kalau kita nggak tahu sejarah, kita tidak akan menghargai bangsa dan negara ini. Benteng Terakhir adalah benteng Kalamata. Syukurlah kondisi benteng ini serupa dengan Benteng Tolukko. Kami bisa memandang gambar di mata uang seribu rupiah sepuasnya.

Tampak di kejauhan rumah Walikota Ternate.


Malam terakhir di kota Ternate kami putuskan untuk makan seafood di Pondok Katu (Jl. Branjangan). Ketam kenari saos padang, sup asparagus dan ikan goropa (kerapu) woku menjadi pilihan. Sebenarnya Ketam Kenari ini termasuk binatang yang dilindungi :). Daging nya pun lebih tebal dibandingkan kepiting jenis lainnya. Tapi namanya juga penasaran pengen nyobain, ya dipesan dah, toh sekali ini aja seumur hidup (semoga) makan Ketam Kenari.

Perjalanan di bagian Timur Indonesia ini pun berakhir dengan membawa oleh-oleh sambal goreng ikan teri, lalampa (lemper isi ikan) dan ikan cakalang fufu. Plus suntan di kedua tanganku.

Ikang Cakalang Fufu
Jajanan pasar di Ternate

Gunung Gamalama
 Kemanakah lagi perjalanan ku selanjutnya?

Salam Jalan-jalan,
- Lili - 


Note :

- Ojek Bandara - Hotel : Rp 25.000 / orang; kalau pakai mobil plat hitam (kijang/avanza/apv) =    
                                 Rp  50.000/orang.
- Speed boat :

    * Pelabuhan Dufa-dufa (Ternate) ke Halmahera (Jailolo) PP : Rp 50.000/orang
   * Pelabuhan Bastiong (Ternate) ke Pelabuhan Rum (Tidore) PP : Rp 8.000/orang

- Sewa angkot (including bensin + supir + nego dulu):
   * Keliling Jailolo + 5 jam : Rp 200.000 / trip ----> CP : Nyong Nurdin (081244465733)
   * Keliling Tidore + 5 jam : Rp 250.000 / trip
   * Keliling Ternate + 5 jam : Rp 175.000 /trip

12 comments:

  1. Posting yg bagus, detil, rincian biaya ini penting.
    trims
    Fauzani

    ReplyDelete
  2. Hi Fauzani,
    Trims ...smoga bermanfaat. :)

    ReplyDelete
  3. sayangx perjalanan ke maluku utara terasa kurang lengkap klo nda sempat mampir d pulo morotai, krn dsana bnyk peninggalan perang dunia ke 2, bandara peninggalan mac arthur, serta pantaix yg lumayan bagus,,, n tentux kota tobelo yg ramah n slalu jadi kenangan dsetiap org yg pernah singgah dsana,,, lain x klo jln" kmaluku utara sempatin mampir dihalmahera utara n morotai,,,

    ReplyDelete
  4. yup..betul sekali. Karena waktu yang mepet jadi nggak bisa ke Morotai. But, sudah dimasukkan dalam list yang akan di kunjungi kok. Semoga pada saat Sail Morotai 2012 bisa ke sana.

    ReplyDelete
  5. jadi kangen kota ternate dan tidore. Coba bisa sambil kunjungi sidangoli pasti saya akan sangat terharu karena disanalah tempat beta dilahirkan. Tks untuk sharing pengalaman liburannya,.

    ReplyDelete
  6. Asalamualaikum Wr.Wb
    salam kenal buat semua blogger yang hadir, semoga banyak hal positif yang kita dapat di forum ini, kunjungi blog saya ya "http://layarilmu.blogspot.com",,,,,By Ngofa Topo

    ReplyDelete
  7. Ditunggu mba kunjungannya lagi di Ternate, kalau ke tempaku kabarin yach siapa tahu bisa ketemu :)

    ReplyDelete
  8. keren mantab... cuma saya telat bacanya...

    ReplyDelete
  9. saya sudah sampai, ternate indahnya subhanallah :)

    ReplyDelete
  10. Ya Allah...memang cantik sekali kurniaan Allah di bumi Maluku Utara @ Ternate ini. Memang betullah jika pihak penjajah terlalu ingin memiliki tanah bumi Ternate dan sekitarnya kerana kekayaan bumi yang wujud di situ. Walaupun tidak pernah menjejakkan kaki di bumi itu, tetapi jika diizinkan, Insyaallah akan sampai juga ke situ. Mudah2an Allah kabulkan doa saya untuk menjejakkan kaki ke sana suatu hari nanti.

    ReplyDelete