Gambar Gunung Tidore dan Pulau Maitara di mata uang Rp 1.000,- menjadi tujuan trip ku berikutnya. Berbekal itinerary dari seorang kawan (Si Gentar Alam) dan nomer telepon seorang kawan yang akan membantu selama di sana, niat untuk menginjakkan kaki di Ternate - Tidore pun terlaksana. Dan itu adalah perjalanan pertama kali kami ke Indonesia Timur.
Untuk mengoptimalkan trip kali ini, di pilih lah penerbangan jam 00.30 pagi. Berat banget mata ini menahan rasa kantuk. Untunglah kali ini Sriwijaya air agak tepat waktu memberangkatkan penumpangnya. Telat 10 menit masih bisa dimaklumin kan :). Dan pastinya, begitu sudah di dalam pesawat, langsung tidur dah.
Setelah transit di Makassar selama 20 menit (untung penumpang boleh tetap tinggal di dalam pesawat), penerbangan dilanjutkan menuju Ternate dan tiba jam 07.15 pagi. Sayang nya, luput mengabadikan Gunung Tidore (yang bisa dilihat penumpang yang duduk di sebelah kanan) pada saat akan mendarat di Bandara Sultan Babullah.
Monday, December 13, 2010
Sunday, October 24, 2010
Timbis...oh... Timbis.... Let's Go!!!!!!!!!
Buat pecinta Paralayang (Paragliding), Pantai Timbis merupakan salah satu spot favorit dari beberapa spot yang ada di Indonesia. Nah, sekarang bagaimana sih caranya bisa ke sana?? Hal pertama yang dilakukan adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai Timbis. Beberapa milis sudah banyak mengeluarkan catatan tentang Timbis, hanya saja informasi "how to get there" nya yang masih minim banget. Berbekal informasi seadanya, GPS di handphone dan nomer telpon tandem masternya, akhirnya saya berkesempatan untuk mencoba Paralayang untuk yang pertama kalinya dengan Iyok, Ririn, Cila dan Jafar. Kalau di GPS, Timbis ini berada di bagian Selatan Pulau Bali, dan berbatasan langsung dengan Desa Nusa Dua. Lokasinya sendiri berada di Dusun Panti Giri, Desa Kutuh. Timbis adalah nama pantainya.
Dari hotel Niko, lurus terus, sampai menemukan pertigaan. Di sebelah kanan, cari petunjuk seperti di bawah ini. dan jalan lurus masuk ke jalan kapur sampai menemukan perempatan menuju ke Pura Gunung Payung. Tiba di perempatan cari petunjuk bertuliskan "Anda Memasuki Kawasan Wisata Pura Gunung Payung". Nah, masuk lagi ke jalan aspal. Sekitar 50 meter setelah jalan masuk akan ada pertigaan kecil sebelum pos/rumah seperti di bawah ini.
Pertigaan belok kanan. |
Kalau keterusan, maka akan sampai di Pura Gunung Payung.
Di pertigaan tadi, belok ke kanan dan ikuti terus jalan nya sampai ke tepi Pantai Timbis. Kadang jalan nya beraspal, kadang juga jalan kapur. Semakin mendekati Pantai Timbis, maka hanya ada jalan setapak yang cukup dilalui satu kendaraan saja.
Dari hotel Niko sampai ke Pantai Timbis diperlukan waktu sekitar 15 menit. Lokasi terbangnya adalah tanah lapang seperti foto di bawah ini.
Akhirnya, tiba juga di lokasi tepat jam 2 siang setelah bertanya sana-sini termasuk dengan pak Ketut Manda, dan ternyata sudah ada peserta yang paralayang dari luar negeri. Kami harus menunggu giliran sekitar 40 menit. Cuaca mendung dan angin cukup kencang. Tapi keindahan Pantai Timbis tiada taranya. Saya giliran ke tiga yang terbang setelah Iyok dan Ririn. Video lengkapnya bisa di buka di Mengudara di atas Timbis.
Perasaan deg-degan langsung lenyap seketika begitu sudah mengudara. Pak Ketut sang Tandem Master yang sudah mempunyai pengalaman 16 tahun, membawa saya melayang di udara menikmati indahnya pura Gunung Payung, Vila, para petani rumput laut dan pembangunan di sekitar tebing.
Pura Gunung Payung |
Vila 1500 USD |
Akhirnya, penerbangan selama pun 20 menit berakhir.
Iyok, Ketut Manda, Ririn, Cila, Lili |
Salam melayang-layang,
Lili Nuria H. L
Foto-foto selengkapnya : On Air
Monday, October 18, 2010
Cikandang, One of The Best White Water Rafting in West Java
Road to Garut, October 15, 2010 Jumat malam tepat jam 11 malam, 4 Lady Rafter (Saya, Uwie, Tika dan Fuah) dan Om ganteng plus Bang Kikin sebagai driver yang okeh banget dengan Xenia merah meninggalkan Terminal Kampung Rambutan menuju Garut untuk berarung jeram di Sungai Cikandang. Sehari sebelum nya dapat info kalau level air nya naik setelah dihajar bandang. Wuiiihhh…. Dalam hati ini dah seneng banget campur ketar-ketir juga sih :).
16 Oktober 2010, 02.30 a.m, tiba di Kota Garut disambut hujan dan petir yang menggelegar di pagi buta. Di Uniga (Universitas Garut) kami beristirahat di Gerhana Basecamp dan berkenalan dengan Abah yang akan menemani kami berarung jeram. Namanya juga backpacker… tidur di lantai jadi…di bangku kayu hayuuuk…tidur di sofa juga oke :).. yang penting bisa meluruskan badan lah barang 2 jam –an.
Preparation…
Starting Point
Anak Sungai Cikandang (S: 728’13.3”; E 10740’18.7”) adalah starting pointnya. Wuiiihhh… keren banget dah pemandangannya.
Dan gulungan air yang terlihat dari atas jembatan memanggil – manggil kami untuk segera mengarung di atas nya.
Perahu pun di turunkan dari atas jembatan. Dan cuaca pun langsung berubah cerah. Pemandangan semakin indah dengan birunya langit. Kami pun segera mengenakan peralatan rafting dan pemanasan yang di pimpin Kang Dadan.
Let’s Go…
Sekitar jam 9 Pagi, pengarungan di mulai... eh..baru juga meluncur udah nyangkut di antara bebatuan. Ini sih karena kami nggak kompak ngedayungnya. Setelah lewat, eh nyangkut lagi… wah kejadian dah kayak waktu ngarung di Ciberang… nah di jeram berikutnya baru dah mulai mulus di lewati.
Tapi jeram-jeram disini tidak bisa di anggap enteng. Terus terang saya nggak tahu jeram-jeram apa saja yang kami lewati. Karena Abah juga sudah cukup repot sebagai kapten merangkap skipper di perahu kami sehingga tidak ada kesempatan untuk bertanya jeram apa saja yang telah dilewati. Tim rescue juga sudah jalan terlebih dahulu. Sekitar 15 menit pengarungan, jeram yang lumayan besar (sekitar grade 3) siap menanti. Di sini dengan perlahan tapi pasti, Uwie terlontar dari perahu karet. Hmmm… kayaknya hari ini bakal ada beberapa kejadian terlempar dari perahu nih. Hari itu ternyata level air masih di kategorikan normal. Dan menurut kang Dadan, grade nya 3 – 4+. Posisi kami selalu berubah setiap saat sambil kapal berjalan. Kadang saya duduk di depan.. kadang duduk di tengah. Semuanya pengen berada di posisi paling depan. Karena sensasi terindah saat melewati jeram ada di posisi terdepan. Dan jeram nya berturut-turut. Dayung nggak kompak berarti nyangkut di bebatuan atau perahu melipir ke pinggir. Tawa, canda dan saling mengolok-olok selalu terjadi.. tapi saat melewati jeram, semuanya serius dan konsentrasi penuh. Satu jam setelah mengarung, kami beristirahat sejenak di bawah pohon yang lumayan rindang sambil menikmati makanan ringan seadanya. Kata tim nya Abah, jeram-jeram berikutnya lebih menantang. Benar saja… setelah beristirahat, tak lama kami bertemu dengan jeram yang lumayan besar (sekitar 3 +). Dengan suksesnya Tika terlempar lagi dari perahu. Kali ini sih karena beliaunya kurang konsentrasi. Lebih mikirin keselamatan kamera nya dibandingkan konsentrasi ngarung sih…Setelah terseret sekitar 100 meter baru bisa ditolong oleh tim rescue. Arus air di bawah permukaan sungai cukup kencang, apalagi batu-batunya licin oleh lumut yang melekat.
30 menit setelah kembali mengarung, Saya, Tika (rekor nih bisa dua kali terlempar) dan si Om pun terlempar dengan suksesnya dari perahu. Jeram yang dilewati sekitar grade3+ dan melewati batu besar. Saya nggak gitu inget kejadiannya bagaimana bisa terlempar dari kapal. Yang pasti saat mendayung berada di posisi kiri kapal, begitu terlempar sempat berada di bawah kapal beberapa detik dan detik berikutnya sudah berada di sebelah kanan kapal sambil berpegangan pada tali tapi segera di lepas karena bagian kanan perahu akan menghantam tebing. Kejadian yang begitu cepat terasa lamaaaa banget. Si Om malah sempat blunder lebih lama di bawah kapal. Kunci untuk selamat hanya satu. Nggak boleh panik dan pasrah :). Tim rescue pun sigap. Saya dan Tika segera ditarik ke atas perahu rescue. Waktu dah di atas perahu pun juga, kesadaran belum pulih 100%. Masih kayak orang bego gitu dah.. Baru sadar setelah diperintah salah satu tim rescue untuk duduk di sisi kapal dan segera mengayuh karena akan melewati jeram lagi. Setelah melewati jeram, baru tahu dah kalo sekarang posisinya satu perahu dengan tim rescue. Si Om sih dah sukses di tolong di perahu nya Abah dan teman-teman. 30 menit kemudian, kami beristirahat lagi. Dan kali ini menjajal keberanian lompat dari jembatan gantung. Untungnya gak setinggi jembatan gantung yang ada di Sungai Ciberang. Sayang peminatnya Cuma saya dan salah satu skipper termuda.
Finish Point, October 16, 2010
Matahari sudah semakin tinggi. Kulit sudah mulai terbakar. Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Keenakan berada di perahu rescue, saya dan Tika memutuskan tetap berada di perahu rescue. Nggak usah mendayung dengan sekuat tenaga :). Sisa perjalanan menuju finish point sudah tidak menjumpai jeram-jeram yang sulit. Beberapa wave kecil mengiringi sampai muara sungai Cikandang. Di kejauhan tampak kilauan biru laut pantai selatan. Tepat jam ½ 1 siang, pengarungan berakhir di bawah jembatan Cijayana (S: 656’54.2”; E 10745’25.9”) kalau dilihat di GPS, kami sudah menempuh sekitar 35 km dengan waktu pengarungan 4 jam (termasuk istirahat 2 kali). Secara keseluruhan ngarung di Cikandang diacungin 2 jempol dan mantap banget dah. Apalagi sudah sukses melempar kami berempat dari atas perahu pada saat melewati beberapa jeram. Terima kasih buat tim nya Abah yang sudah menemani kami; buat Si Om yang udah baik banget nyiapin segala sesuatunya apalagi para lady rafter banyak banget maunya; buat Kang Kikin yang bisa menina bobokan kami selama perjalanan menuju Garut dan kembali ke Jakarta dengan selamat; dan buat para Lady Rafter, walo pada nggak fit tetap semangat berarung jeram. Semoga impian untuk berarung jeram di Sungai Saddan awal tahun depan dapat terwujud :). Sampai ketemu di pengarungan selanjutnya.
Foto-foto lengkap silahkan dilihat di Cikandang in Pictures dan Video Cikandang
SSDA
- Lili Nuria -
16 Oktober 2010, 02.30 a.m, tiba di Kota Garut disambut hujan dan petir yang menggelegar di pagi buta. Di Uniga (Universitas Garut) kami beristirahat di Gerhana Basecamp dan berkenalan dengan Abah yang akan menemani kami berarung jeram. Namanya juga backpacker… tidur di lantai jadi…di bangku kayu hayuuuk…tidur di sofa juga oke :).. yang penting bisa meluruskan badan lah barang 2 jam –an.
Preparation…
Sayup-sayup terdengar suara azan berkumandang di tengah lelapnya tidur… waktu sudah menunjukkan pukul 04.20 pagi. Harus segera bersiap-siap menuju lokasi pengarungan. Jam 5 tepat, kami meninggalkan base camp bersama tim Abah yang berperan sebagai tim rescue. Lama perjalanan dari Garut ke starting point sekitar 2 jam. Kesempatan buat tidur lagi lebih kuat dibandingkan menikmati indahnya pemandangan di pagi hari. Apalagi nih badan dah mulai kedinginan dan perut sudah minta untuk diisi :). Untung lah, satu jam kemudian kami berhenti di warung makan. Garut semakin dingin dan gerimis tak kunjung reda. Berharap hal yang sama terjadi di hulu sungai Cikandang. Setelah badan mulai hangat perjalanan di lanjutkan menuju starting point. Tetep aja nih mata masih terasa berat, jadi ngelanjutin tidur lagi dah. Kebetulan Fuah yang duduk di sebelahku juga pelor banget :D.
Starting Point
Anak Sungai Cikandang (S: 728’13.3”; E 10740’18.7”) adalah starting pointnya. Wuiiihhh… keren banget dah pemandangannya.
Dan gulungan air yang terlihat dari atas jembatan memanggil – manggil kami untuk segera mengarung di atas nya.
Gerimis masih turun dengan lembutnya. Tim rescue tiba sekitar 15 menit kemudian.
Perahu pun di turunkan dari atas jembatan. Dan cuaca pun langsung berubah cerah. Pemandangan semakin indah dengan birunya langit. Kami pun segera mengenakan peralatan rafting dan pemanasan yang di pimpin Kang Dadan.
Let’s Go…
Tapi jeram-jeram disini tidak bisa di anggap enteng. Terus terang saya nggak tahu jeram-jeram apa saja yang kami lewati. Karena Abah juga sudah cukup repot sebagai kapten merangkap skipper di perahu kami sehingga tidak ada kesempatan untuk bertanya jeram apa saja yang telah dilewati. Tim rescue juga sudah jalan terlebih dahulu. Sekitar 15 menit pengarungan, jeram yang lumayan besar (sekitar grade 3) siap menanti. Di sini dengan perlahan tapi pasti, Uwie terlontar dari perahu karet. Hmmm… kayaknya hari ini bakal ada beberapa kejadian terlempar dari perahu nih. Hari itu ternyata level air masih di kategorikan normal. Dan menurut kang Dadan, grade nya 3 – 4+. Posisi kami selalu berubah setiap saat sambil kapal berjalan. Kadang saya duduk di depan.. kadang duduk di tengah. Semuanya pengen berada di posisi paling depan. Karena sensasi terindah saat melewati jeram ada di posisi terdepan. Dan jeram nya berturut-turut. Dayung nggak kompak berarti nyangkut di bebatuan atau perahu melipir ke pinggir. Tawa, canda dan saling mengolok-olok selalu terjadi.. tapi saat melewati jeram, semuanya serius dan konsentrasi penuh. Satu jam setelah mengarung, kami beristirahat sejenak di bawah pohon yang lumayan rindang sambil menikmati makanan ringan seadanya. Kata tim nya Abah, jeram-jeram berikutnya lebih menantang. Benar saja… setelah beristirahat, tak lama kami bertemu dengan jeram yang lumayan besar (sekitar 3 +). Dengan suksesnya Tika terlempar lagi dari perahu. Kali ini sih karena beliaunya kurang konsentrasi. Lebih mikirin keselamatan kamera nya dibandingkan konsentrasi ngarung sih…Setelah terseret sekitar 100 meter baru bisa ditolong oleh tim rescue. Arus air di bawah permukaan sungai cukup kencang, apalagi batu-batunya licin oleh lumut yang melekat.
30 menit setelah kembali mengarung, Saya, Tika (rekor nih bisa dua kali terlempar) dan si Om pun terlempar dengan suksesnya dari perahu. Jeram yang dilewati sekitar grade3+ dan melewati batu besar. Saya nggak gitu inget kejadiannya bagaimana bisa terlempar dari kapal. Yang pasti saat mendayung berada di posisi kiri kapal, begitu terlempar sempat berada di bawah kapal beberapa detik dan detik berikutnya sudah berada di sebelah kanan kapal sambil berpegangan pada tali tapi segera di lepas karena bagian kanan perahu akan menghantam tebing. Kejadian yang begitu cepat terasa lamaaaa banget. Si Om malah sempat blunder lebih lama di bawah kapal. Kunci untuk selamat hanya satu. Nggak boleh panik dan pasrah :). Tim rescue pun sigap. Saya dan Tika segera ditarik ke atas perahu rescue. Waktu dah di atas perahu pun juga, kesadaran belum pulih 100%. Masih kayak orang bego gitu dah.. Baru sadar setelah diperintah salah satu tim rescue untuk duduk di sisi kapal dan segera mengayuh karena akan melewati jeram lagi. Setelah melewati jeram, baru tahu dah kalo sekarang posisinya satu perahu dengan tim rescue. Si Om sih dah sukses di tolong di perahu nya Abah dan teman-teman. 30 menit kemudian, kami beristirahat lagi. Dan kali ini menjajal keberanian lompat dari jembatan gantung. Untungnya gak setinggi jembatan gantung yang ada di Sungai Ciberang. Sayang peminatnya Cuma saya dan salah satu skipper termuda.
Finish Point, October 16, 2010
Matahari sudah semakin tinggi. Kulit sudah mulai terbakar. Perjalanan pun dilanjutkan kembali. Keenakan berada di perahu rescue, saya dan Tika memutuskan tetap berada di perahu rescue. Nggak usah mendayung dengan sekuat tenaga :). Sisa perjalanan menuju finish point sudah tidak menjumpai jeram-jeram yang sulit. Beberapa wave kecil mengiringi sampai muara sungai Cikandang. Di kejauhan tampak kilauan biru laut pantai selatan. Tepat jam ½ 1 siang, pengarungan berakhir di bawah jembatan Cijayana (S: 656’54.2”; E 10745’25.9”) kalau dilihat di GPS, kami sudah menempuh sekitar 35 km dengan waktu pengarungan 4 jam (termasuk istirahat 2 kali). Secara keseluruhan ngarung di Cikandang diacungin 2 jempol dan mantap banget dah. Apalagi sudah sukses melempar kami berempat dari atas perahu pada saat melewati beberapa jeram. Terima kasih buat tim nya Abah yang sudah menemani kami; buat Si Om yang udah baik banget nyiapin segala sesuatunya apalagi para lady rafter banyak banget maunya; buat Kang Kikin yang bisa menina bobokan kami selama perjalanan menuju Garut dan kembali ke Jakarta dengan selamat; dan buat para Lady Rafter, walo pada nggak fit tetap semangat berarung jeram. Semoga impian untuk berarung jeram di Sungai Saddan awal tahun depan dapat terwujud :). Sampai ketemu di pengarungan selanjutnya.
Foto-foto lengkap silahkan dilihat di Cikandang in Pictures dan Video Cikandang
SSDA
- Lili Nuria -
Monday, June 28, 2010
Road Trip : Pekalen - Bromo
Satu hari setelah bermalam di Surabaya (Da Rifi Hostel), saya dan beberapa teman baru bertemu di tempat parkir Lotto Supermarket (dulunya Makro). Kali ini trip perjalanan di pandu oleh DAL Adventure. Jumlah peserta nya 7 orang.Tour leader kami orangnya kocak dan asik, dan gak disangka ternyata Febry dan Elyudien ini adalah teman SMA rekan kerja saya. Setelah berkenalan dengan peserta yang lain, kami pun menuju Pekalen. Waktu tempuh dari Surabaya menuju Pekalen adalah 3 jam. Arung jeram di Pekalen patut untuk dicoba. Bukan karena sisi gradenya yang terhitung kecil (2 – 3) akan tetapi di karenakan keunikan air terjun dan kelelawar yang jumlah nya sangat banyak. Sehingga salah satu air terjun tersebut dinamakan Air Terjun Kelelawar. (http://www.facebook.com/home.php?sk=lf#!/album.php?aid=2053482&id=1052373573&ref=mf)
Tiba di Pekalen Atas, kami menuju NOARS (salah satu provider arung jeram). Ukuran jalannya nya hanya pas untuk satu mobil saja. Karena sudah masuk musim liburan, setibanya di NOARS, sudah banyak mobil parkir di sana. Wow… rame sekali. Kami pun segera berganti pakaian dan mengisi perut dengan hidangan makan siang yang sudah disiapkan serta memilih peralatan safety nya. Setelah itu kami pun siap untuk berarung jeram. Hari ini debit air cukup tinggi namun masih aman untuk di arungi. Untuk menuju lokasi arung jeram, kami diangkut dengan pick up (yang biasanya digunakan untuk mengangkat sapi). Perjalanan ini cukup seru, mengingat jalan nya naik turun dan kecil. Tapi pemandangan sepanjang jalan cukup menghibur hati. 20 menit kemudian tiba di lokasi. Ternyata harus jalan kaki lagi sekitar 10 menit. Gak apa-apalah.. itung-itung pemanasan. Sempat berbincang-bincang dengan salah satu skipper dan yang mengejutkan ternyata adalah dia adalah teman dari teman saya yang suka berarung jeram juga. Untung nya hari itu air sungai cukup jernih dan jeram Welcome siap menyambut kami. Setelah pembagian kelompok, tim ku berangkat duluan dengan 1 kapten, 1 skipper dan 4 penumpang. Sudah tentu posisi paling depan menjadi posisi favoritku. Salah satu yang unik dari Pekalen Atas ini, berkali-kali kapten meneriakkan BOOM (posisi duduk di dalam perahu). Walaupun gradenya kecil, tapi kalau sampai terlempar keluar dari perahu akan menyakitkan, karena batunya tajam-tajam. Setelah mengarung selama ½ jam, kami pun mulai bertemu dengan air terjun kecil…. Dan makin lama air terjun nya semakin besar. Aroma kelelawar juga tercium dengan jelas. Betul-betul indah banget dah. Puas berfoto dan bermain di lokasi air terjun ini, kami melanjutkan perjalanan. Tiba di pondok kecil yang tidak begitu jauh dari air terjun terakhir, kami pun menepi untuk mengisi perut dengan segelas STMJ (susu telur madu jahe) dan pisang goreng yang laris manis dilahap peserta. Energi pun terisi kembali. Skipper dan kapten di perahuku sudah gatal untuk membalikkan perahu kami. Akhirnya di lokasi tempat terjun bebas, mereka sukses membalikkan kapal. Alhasil kami semua pun tercebur ke dalam air. Salah satu peserta ada yang terserang panik. Untungya skipper, kapten dan sang pacar sigap menolong nya. Nah, di lokasi ini ada yang seru nih. Uji adrenaline. Peserta di tantang untuk terjun dari tebing dengan ketinggian 5 meter ke dalam sungai. Awalnya sih keder juga, tapi begitu di kasih contoh bagaimana cara melompatnya, akhirnya berani juga… dan jantung serasa melorot ke kaki pada saat akan lompat. Puas main lompat-lompatan, kami pun segera menuju finish point. Arung jeram selam 2 jam berakhir sudah. Saat nya berganti dengan pakaian kering untuk melanjutkan perjalanan menuju penginapan di Bromo.
Gelap nya malam, lelah, pegal dan rasa kantuk yang amat sangat menemani perjalanan dari Pekalen menuju Bromo. Perut yang mulai merintih kelaperan akhirnya diisi juga dengan sepiring nasi rawon. Alhasil, mata ini semakin berat setelah makan. Waktu menunjukkan pukul 09.45 malam pada saat kami tiba di Yoschi’s Hotel. Dingin nya udara gunung sangat menggigit. Setelah dapet pembagian kamar, kami pun langsung tenggelam ke alam mimpi diiringi lagu yang sayup-sayup terdengar dinyanyikan di Bar Yoschi’s.
Rasanya baru sesaat mata ini terpejam… alarm handphone membangunkanku untuk segera bersiap-siap menuju Bromo. Dingin nya serasa makin menggigit. Dengan menggunakan jeep sewaan kami dan salah satu tour leader pun meninggalkan hotel. Rasa kantuk yang masih berat, rasa hangat dan ayunan mobil meninabobokkan diri ini. Kami parkir lumayan jauh dari Penanjakan (tempat untuk menanti matahari terbit). Sehingga harus berjalan kaki lagi sekitar 15 menit. Ojek motor dan penyewaan jaket menawarkan jasa mereka. Tapi kami bersikukuh untuk tetap berjalan kaki dalam kegelapan sampai di Penanjakan sekalian menghangatkan badan. Ternyata penuh banget.. Kami pun berpencar supaya bisa menyelinap di antara orang-orang untuk mendapatkan tempat terbaik. Harus pelan-pelan… kalau nggak bakal di teriakin sekitar 500 orang kalo nyelinapnya pakai sodok kanan dan kiri. Setelah dapet tempat yang lumayan nyaman, ku alihkan mata ini sesaat untuk melihat pengunjung yang datang.
Banyak juga wisatawan manca Negara nya. Perlahan tapi pasti, sang surya pun mulai menunjukkan kemilau terangnya. Sungguh indah dan mempesona.
Decak kagum orang-orang dan kilatan sinar dari kamera mengabadikan pagi itu. Dan tak lama, sang surya pun semakin tinggi. Satu persatu mulai meninggalkan penanjakan. Langit biru dan tanpa kabut menambah keindahan pagi itu. Tapi perut ini juga lapar minta diisi. Mie siram dan segelas teh manis pahat segera menghangatkan tubuh ini. Sekarang tinggal menunggu teman-teman lainnya untuk melanjutkan perjalanan menuju kawah Bromo. Untuk menuju kawah Bromo, kami pun berjalan kaki melintasi padang pasir.
Sebenarnya sih ada penyewaan kuda, tapi kami ingin merasakan menapaki 402 buah (ntah bener atau nggak jumlahnya…nggak sempat ngitung) anak tangga. Tertatih dan tersenggal juga napas ini. Dan dengan segala upaya dikerahkan, akhirnya tiba juga di bibir kawah semeru.
Wah seram amat tempatnya. Pagar pelindungnya hanya sedikit saja. Teman-temanku yang punya nyali besar, berani untuk berfoto di luar pagar pelindung. Gak kebayang dah kalau jatuh, bakal jadi persembahan tuh… Karena tempatnya nggak aman, aku mengajak teman-teman untuk segera turun. Dan diputuskan setelah melewati tangga, akan dilanjutkan menunggang kuda. Tawar menawar pun terjadi begitu kami menginjakkan kaki di anak tangga terakhir. Dan akhirnya dapat harga Rp 20.000 sampai ke tempat parkiran mobil. Untung kuda yang kutunggangi tinggi dan besar.
Thanks a lot buat :
1. DAL Adventure… trip nya bener-bener adventure.
2. Da Rifi Hostel… staff yang ramah dan suasana kekeluargaannya kental banget. Recommended banget dah buat teman-teman Backpacker kalo pada main ke Surabaya dan nggak punya teman buat ditebengi.
3. Teman-teman perjalanan : Imam dan Anang – yang ternyata GiFo juga, Oqhtie dan Dina – yang narsis habis dan semangat sepanjang perjalanan, serta Kenny dan Meina… semoga Indonesia membawa kenangan indah buat kalian berdua.
4. NOARS …. Ditunggu kedatangannya di Sungai-sungai Sulawesi.
Tiba di Pekalen Atas, kami menuju NOARS (salah satu provider arung jeram). Ukuran jalannya nya hanya pas untuk satu mobil saja. Karena sudah masuk musim liburan, setibanya di NOARS, sudah banyak mobil parkir di sana. Wow… rame sekali. Kami pun segera berganti pakaian dan mengisi perut dengan hidangan makan siang yang sudah disiapkan serta memilih peralatan safety nya. Setelah itu kami pun siap untuk berarung jeram. Hari ini debit air cukup tinggi namun masih aman untuk di arungi. Untuk menuju lokasi arung jeram, kami diangkut dengan pick up (yang biasanya digunakan untuk mengangkat sapi). Perjalanan ini cukup seru, mengingat jalan nya naik turun dan kecil. Tapi pemandangan sepanjang jalan cukup menghibur hati. 20 menit kemudian tiba di lokasi. Ternyata harus jalan kaki lagi sekitar 10 menit. Gak apa-apalah.. itung-itung pemanasan. Sempat berbincang-bincang dengan salah satu skipper dan yang mengejutkan ternyata adalah dia adalah teman dari teman saya yang suka berarung jeram juga. Untung nya hari itu air sungai cukup jernih dan jeram Welcome siap menyambut kami. Setelah pembagian kelompok, tim ku berangkat duluan dengan 1 kapten, 1 skipper dan 4 penumpang. Sudah tentu posisi paling depan menjadi posisi favoritku. Salah satu yang unik dari Pekalen Atas ini, berkali-kali kapten meneriakkan BOOM (posisi duduk di dalam perahu). Walaupun gradenya kecil, tapi kalau sampai terlempar keluar dari perahu akan menyakitkan, karena batunya tajam-tajam. Setelah mengarung selama ½ jam, kami pun mulai bertemu dengan air terjun kecil…. Dan makin lama air terjun nya semakin besar. Aroma kelelawar juga tercium dengan jelas. Betul-betul indah banget dah. Puas berfoto dan bermain di lokasi air terjun ini, kami melanjutkan perjalanan. Tiba di pondok kecil yang tidak begitu jauh dari air terjun terakhir, kami pun menepi untuk mengisi perut dengan segelas STMJ (susu telur madu jahe) dan pisang goreng yang laris manis dilahap peserta. Energi pun terisi kembali. Skipper dan kapten di perahuku sudah gatal untuk membalikkan perahu kami. Akhirnya di lokasi tempat terjun bebas, mereka sukses membalikkan kapal. Alhasil kami semua pun tercebur ke dalam air. Salah satu peserta ada yang terserang panik. Untungya skipper, kapten dan sang pacar sigap menolong nya. Nah, di lokasi ini ada yang seru nih. Uji adrenaline. Peserta di tantang untuk terjun dari tebing dengan ketinggian 5 meter ke dalam sungai. Awalnya sih keder juga, tapi begitu di kasih contoh bagaimana cara melompatnya, akhirnya berani juga… dan jantung serasa melorot ke kaki pada saat akan lompat. Puas main lompat-lompatan, kami pun segera menuju finish point. Arung jeram selam 2 jam berakhir sudah. Saat nya berganti dengan pakaian kering untuk melanjutkan perjalanan menuju penginapan di Bromo.
Gelap nya malam, lelah, pegal dan rasa kantuk yang amat sangat menemani perjalanan dari Pekalen menuju Bromo. Perut yang mulai merintih kelaperan akhirnya diisi juga dengan sepiring nasi rawon. Alhasil, mata ini semakin berat setelah makan. Waktu menunjukkan pukul 09.45 malam pada saat kami tiba di Yoschi’s Hotel. Dingin nya udara gunung sangat menggigit. Setelah dapet pembagian kamar, kami pun langsung tenggelam ke alam mimpi diiringi lagu yang sayup-sayup terdengar dinyanyikan di Bar Yoschi’s.
Rasanya baru sesaat mata ini terpejam… alarm handphone membangunkanku untuk segera bersiap-siap menuju Bromo. Dingin nya serasa makin menggigit. Dengan menggunakan jeep sewaan kami dan salah satu tour leader pun meninggalkan hotel. Rasa kantuk yang masih berat, rasa hangat dan ayunan mobil meninabobokkan diri ini. Kami parkir lumayan jauh dari Penanjakan (tempat untuk menanti matahari terbit). Sehingga harus berjalan kaki lagi sekitar 15 menit. Ojek motor dan penyewaan jaket menawarkan jasa mereka. Tapi kami bersikukuh untuk tetap berjalan kaki dalam kegelapan sampai di Penanjakan sekalian menghangatkan badan. Ternyata penuh banget.. Kami pun berpencar supaya bisa menyelinap di antara orang-orang untuk mendapatkan tempat terbaik. Harus pelan-pelan… kalau nggak bakal di teriakin sekitar 500 orang kalo nyelinapnya pakai sodok kanan dan kiri. Setelah dapet tempat yang lumayan nyaman, ku alihkan mata ini sesaat untuk melihat pengunjung yang datang.
Banyak juga wisatawan manca Negara nya. Perlahan tapi pasti, sang surya pun mulai menunjukkan kemilau terangnya. Sungguh indah dan mempesona.
Decak kagum orang-orang dan kilatan sinar dari kamera mengabadikan pagi itu. Dan tak lama, sang surya pun semakin tinggi. Satu persatu mulai meninggalkan penanjakan. Langit biru dan tanpa kabut menambah keindahan pagi itu. Tapi perut ini juga lapar minta diisi. Mie siram dan segelas teh manis pahat segera menghangatkan tubuh ini. Sekarang tinggal menunggu teman-teman lainnya untuk melanjutkan perjalanan menuju kawah Bromo. Untuk menuju kawah Bromo, kami pun berjalan kaki melintasi padang pasir.
Sebenarnya sih ada penyewaan kuda, tapi kami ingin merasakan menapaki 402 buah (ntah bener atau nggak jumlahnya…nggak sempat ngitung) anak tangga. Tertatih dan tersenggal juga napas ini. Dan dengan segala upaya dikerahkan, akhirnya tiba juga di bibir kawah semeru.
Wah seram amat tempatnya. Pagar pelindungnya hanya sedikit saja. Teman-temanku yang punya nyali besar, berani untuk berfoto di luar pagar pelindung. Gak kebayang dah kalau jatuh, bakal jadi persembahan tuh… Karena tempatnya nggak aman, aku mengajak teman-teman untuk segera turun. Dan diputuskan setelah melewati tangga, akan dilanjutkan menunggang kuda. Tawar menawar pun terjadi begitu kami menginjakkan kaki di anak tangga terakhir. Dan akhirnya dapat harga Rp 20.000 sampai ke tempat parkiran mobil. Untung kuda yang kutunggangi tinggi dan besar.
Awalnya sangat takut, apalagi pada saat menuruni kawah, jalannya tidak rata. Tapi lama-kelamaan pun mulai terbiasa. Begitu sampai di padang pasir, sang pemilik kuda menawarkanku untuk membawa sendiri kudanya yang langsung kutolak mentah-mentah. Ntar kalau tiba-tiba kudanya ngamuk dan aku dilempar dari atas pelana kan serem. Setibanya di tempat parkiran, badan ini mulai terasa pegal. Ternyata walau sudah berusaha sesantai mungkin, menunggang kuda cukup membuat seluruh badan sakit. Dan tak jauh dari tempat jeep di parkir, ada pedagang bakso. Kami pun menyerbu penjual bakso ini. Soal rasa jangan ditanya dah. . yang penting bisa buat ganjal perut. Sebenarnya paket tour di Bromo hanya sampai di kawah saja, tapi kami ingin ke Pasir Berbisik (tempat syuting filmnya Dian Sastro “Pasir Berbisik”) dan ke bukit Teletubbies. Setelah berdiskusi, kami pun sepakat menambah ongkos sewa mobil sebesar Rp 22.000 /orang. Perjalanan dilanjutkan menuju ke Bukit Teletubbies. Setibanya di sana, kami di sambung padang savanna… kalau diliat dari kejauhan emang keren banget, tapi rumput-rumputnya cukup tajam dan bisa melukai kaki. Bukit ini mengingatkanku pada saat menuju Air Terjun Haratai di Loksado.
Bedanya, di Haratai tuh panas banget dan banyak nyamuk, kalau di Bukit Teletubbies tuh berangin dan dingin banget. Puas bernarsis ria di tempat ini, perjalanan di lanjutkan ke Pasir Berbisik. Wah langsung membayangkan salah satu adegan dimana Dian Sastro berlari-lari di lokasi ini. Keren dah pokoknya, apalagi begitu ada hembusan angin, pasir nya serasa berbisik (boleh percaya boleh tidak).
Yap, sudah waktunya untuk kembali ke hotel dan berkemas, karena rekan-rekan dari Jakarta harus meninggalkan Surabaya jam 5 sore (walo akhirnya delay sampai jam 7 malam).
Thanks a lot buat :
1. DAL Adventure… trip nya bener-bener adventure.
2. Da Rifi Hostel… staff yang ramah dan suasana kekeluargaannya kental banget. Recommended banget dah buat teman-teman Backpacker kalo pada main ke Surabaya dan nggak punya teman buat ditebengi.
3. Teman-teman perjalanan : Imam dan Anang – yang ternyata GiFo juga, Oqhtie dan Dina – yang narsis habis dan semangat sepanjang perjalanan, serta Kenny dan Meina… semoga Indonesia membawa kenangan indah buat kalian berdua.
4. NOARS …. Ditunggu kedatangannya di Sungai-sungai Sulawesi.
Sunday, March 21, 2010
Arung Jeram Progo Bawah - Yogya
Kata beberapa pecinta arung jeram, Progo Bawah mempunyai jeram yang sangat menantang dengan grade 4 - 5 di musim hujan. Pucuk dicinta ulam pun tiba...di milis Nature Trekker nongol lah event untuk arung jeram di Progo Bawah selama 5 jam yang diadakan oleh Equator Sinergi Indonesia.. Langsung dah mendaftarkan diri :- ). Gak lupa ngomporin teman-teman yang mempunyai minat yang sama. Akhirnya hanya berhasil ngomporin 2 adek gw dan 2 teman yang lain : Ayu & Mbak Ririn. Acara arung jeram sendiri dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2010.
Progonaline 2
Sabtu pagi yang cerah.. sebenarnya sih berharap banget malamnya hujan, karena level air nya pasti akan naik :-). Sayangnya doa ku tidak terkabul...Tim arung jeram kali ini terbagi dari 2 tim pemberangkatan yaitu Yogya dan Jakarta. Tim dari Yogya berkumpul di taman parkir BI. Total peserta Yogya sebanyak 15 orang pun saling berkenalan satu sama lain.
Waktu telah menunjukkan jam 7.30 pagi, kami pun berangkat menuju base camp arung jeram di Magelang (sekitar 45 menit naik mobil)...yah sempat ada acara dorong mobil Elf yang tiba-tiba mesinnya mati. Untungnya gak lama menunggu mesin mobil pun menyala.. dalam perjalanan perut yang hanya diisi teh manis panas ini sudah merengek minta diisi...alhamdulillah begitu tiba di lokasi, makanan hangat sudah tersedia. Tanpa basa-basi dahulu dengan peserta Jakarta yang telah tiba terlebih dahulu, kami pun langsung menyantap makanan yang terhidang. Perut pun kenyang.. waktu nya bersiap-siap untuk berarung jeram dan memoles tubuh dengan sun block lotion supaya gak item :)
Eh gak tahu nya, untuk mencapai tepi Sungai Elo, harus naik pick up dulu sekitar 10 menitan. Seru...seru... Nah di perjalanan di temanin salah seorang skipper yang rame banget... Namanya Jono Item.. (jadi inget ma om Jon yang di Toraja ... gak beda jauh ma nih orang).
Tiba di bibir Sungai Elo, kami pun di briefing teknik mendayung dan rescue apabila kapal terbalik atau ada teman yang terlempar dari perahu karet... tak lupa pemanasan untuk meregangkan otot.
Jam 11 siang pengarungan pun dimulai... semua nya ada 4 perahu dan masing-masing perahu diisi 2 skipper dan 5 peserta. Hmmm...berarti grade sungai hari ini lumayan tinggi kalau skippernya ada 2 orang. Awal-awal pengarungan belum ada jeram yang cukup menggiurkan...
setelah 1 jam lebih mengarung... perahu menepi sebentar untuk spotting. Jeram yang siap menyambut adalah Jeram Welcome.... setelah cukup lama spotting, satu persatu perahu pun melewati jeram tersebut.... dan semuanya sukses :). Ini dia video nya Jeram Welcome
Pengarungan pun berlanjut...beberapa jeram kecil menemani sepanjang jalan menuju Jeram Budil. Kata skipperku, jeram ini yang paling seram.. Jeram Budil ini diambil dari nama anak Wanadri, almarhum Budi L., yang meninggal disitu, kalau gak salah tahun 90-an saat Progo Bawah belum dibuka untuk umum. Tingkat kesulitannya tinggi. Sebelah kiri mainstream besar, ada undercut dan yang pasti kalau lewat situ dan terbalik lalu masuk undercut, ya sudah.. tergantung kuasa Tuhan... bisa selamat bisa meninggal.Setelah spotting sebentar, satu per satu perahu pun melalui jeram ini... ada yang lewat pinggir dan ada yang lewat jalur tengah. Video pengarungannya seperti ini...Jeram Budil
begitu melewati jeram ini, kapal sudah penuh dengan air..sebenarnya seru abiess lewatin Jeram ini... tapi karena lagi merekam selama melewati jeram ini, sensasi nya kurang terasa..hebatnya lagi tidak ada satupun perahu karet yang terbalik...salut dah buat semua peserta dan skipper dari Mendut Raft...
begitu melewati jeram ini, kapal sudah penuh dengan air..sebenarnya seru abiess lewatin Jeram ini... tapi karena lagi merekam selama melewati jeram ini, sensasi nya kurang terasa..hebatnya lagi tidak ada satupun perahu karet yang terbalik...salut dah buat semua peserta dan skipper dari Mendut Raft...
setelah melewati jeram-jeram terkenal ini, kami tiba di bendungan Ancol dan beristirahat sebentar untuk mengisi perut dengan makanan ringan..
Istirahat selama setengah jam cukup untuk mengumpulkan tenaga... pengarungan selanjutnya pun dimulai dengan melewati dam Ancol... gw baru menikmati arung jeramnya.. apalagi pas melewati Jeram Pier yang cukup panjang... seruuu..... skipper kami berulang kali meneriakkan aba-aba untuk "Dayung Kuat.. dayung kuat...." karena kalo ga di dayung..perahu akan berhenti dan berputar-putar di situ... di pengarungan ke dua ini jeram-jeram nya lebih oke dibandingkan jeram di pengarungan pertama walau tidak sedahsyat Jeram Welcome dan Jeram Budil..
Ada satu kejadian yang membuat gw sampai saat ini tidak habis pikir kejadian persisnya terlempar keluar dari perahu..padahal saat itu jeramnya sangat kecil... tiba-tiba saja sudah terlempar keluar... he he he... asik juga..
Akhirnya pengarungan harus berakhir begitu kami tiba di jembatan Dekso.... setelah berfoto bersama, kami pun kembali ke basecamp arung jeram progo bawah dengan naik pick up. Badan lelah dan basah kedinginan diiringi hujan deras yang turun menemani perut yang sudah minta diisi lagi... Alhamdulillah, tiba juga di basecamp... setelah ngantri mandi, segera menyantap makanan yang sudah dihidangkan panitia.
At last...two thumbs buat Progo Bawah.. Sungai dengan jeram paling oke di Pulau Jawa & Bali...
Thanks a lot buat Equator Sinergi Indonesia yang sudah menyelenggarakan Progonaline 2...
Buat teman-teman yang kemarin baru kenal.. sampai ketemu lagi di jeram-jeram Sungai Indonesia.. ngutip kata-kata Jarody - "Sungai mempertemukan kita semua"
Foto-foto selengkapnya dapat dilihat di Progonaline2
- L i l i -
Wednesday, March 3, 2010
Cycling at Tidung Island - Thousand Island
Pulau Tidung merupakah salah satu gugusan pulau dari kepulauan Seribu ini telah banyak di kunjungi baik wisman ataupun wisdom... Kebetulan ada urusan ke Jakarta, sempatin dah berkunjung ke Pulau Tidung... Setelah tanya sana-sini dan hunting di beberapa blog, terkumpullah beberapa informasi bahwa aktifitas unggulan yang dilakukan di pulau ini adalah snorkling dan Cycling...
3 minggu sebelum keberangkatan.....
Beberapa info menyebutkan kalau Pak Wardi bisa membantu untuk mempersiapkan akomodasi tempat tinggal, makan, sepeda dan perlengkapan snorkle... Beliau pun saya hubungi per telepon dan beliau menyanggupi untuk menyiapkan semua kebutuhan kami...
Tahap selanjutnya : Ngomporin teman-teman untuk ke Pulau Tidung tanggal 27 - 28 Februari 2010.... siapa saja pesertanya?? Ikuti kisah di bawah ini :)
Hari keberangkatan : 27 Februari 2010
Tepat jam 5.30 pagi aku dan mbak Ririn meninggalkan rumah adekku di Rawamangun dengan taksi Blue Bird menuju Halte Citraland untuk bertemu dengan Rhani dan Berty (mereka berdua adalah temannya Connie yang gak jadi ikutan ke P. Tidung)... Agak lucu juga akan travelling dengan teman yang belum dikenal seperti trip ke Loksado beberapa waktu lalu.. Sebenarnya juga agak sedikit was-was, mengingat Muara Angke adalah daerah yang boleh dikatakan rawan..apalagi tim ku perempuan semua... Untung aja supir taksi nya baek banget dan mau ngantarin sampai masuk ke dalam pasar ikannya. Petunjuk menuju kapal yang menuju Pulau Tidung adalah informasi ini (thanks to Connie)
Pada saat masuk ke Muara Angke
Kendaraan kemudian akan mengantar sampai di samping pom bensin Pertamina seperti di bawah ini
3 minggu sebelum keberangkatan.....
Beberapa info menyebutkan kalau Pak Wardi bisa membantu untuk mempersiapkan akomodasi tempat tinggal, makan, sepeda dan perlengkapan snorkle... Beliau pun saya hubungi per telepon dan beliau menyanggupi untuk menyiapkan semua kebutuhan kami...
Tahap selanjutnya : Ngomporin teman-teman untuk ke Pulau Tidung tanggal 27 - 28 Februari 2010.... siapa saja pesertanya?? Ikuti kisah di bawah ini :)
Hari keberangkatan : 27 Februari 2010
Tepat jam 5.30 pagi aku dan mbak Ririn meninggalkan rumah adekku di Rawamangun dengan taksi Blue Bird menuju Halte Citraland untuk bertemu dengan Rhani dan Berty (mereka berdua adalah temannya Connie yang gak jadi ikutan ke P. Tidung)... Agak lucu juga akan travelling dengan teman yang belum dikenal seperti trip ke Loksado beberapa waktu lalu.. Sebenarnya juga agak sedikit was-was, mengingat Muara Angke adalah daerah yang boleh dikatakan rawan..apalagi tim ku perempuan semua... Untung aja supir taksi nya baek banget dan mau ngantarin sampai masuk ke dalam pasar ikannya. Petunjuk menuju kapal yang menuju Pulau Tidung adalah informasi ini (thanks to Connie)
Pada saat masuk ke Muara Angke
Sebagai gambaran juga yang belum tahu kawasan Muara Angke.....Saat akan masuk ke Muara Angke akan berjumpa gerbang seperti di bawah ini
Begitu melewati gerbang semacam ini.....silahkan terus sampai ketemu pasar, belok kanan. Setelah belok kanan anda akan melewati Pasar Muara Angke yang padat, Terminal bis Muara Angke, markas pemadam kebakaran, dan akan lewat gerbang tuk beli karcis parkir. Setelah lewati gerbang pembelian karcis parkir, akan lewat pasar ikan seperti di bawah ini :
Foto ini diambil siang hari. Tidak terlihat kepadatan. Kalau pagi biasanya padat dan macet.
Kendaraan kemudian akan mengantar sampai di samping pom bensin Pertamina seperti di bawah ini
Masuk melalui gang di samping kiri pom bensin...kalau ragu silahkan bertanya dengan orang-orang yang di temui disana... dan bertanya kapal yang ke Tidung yang mana.... kemarin sih kapalnya diparkir paling depan... Di kapal tidak ada nomor tempat duduk. Siapa cepat dapat tempat duduk, dialah yang berhak. Kondisi kapal seperti ini :
Kalau kapal sudah penuh, berangkat sekitar jam 7 -an . tapi kalauagak sedikit kosong berangkat sekitar jam 7.30 an...
Kalau kapal sudah penuh, berangkat sekitar jam 7 -an . tapi kalauagak sedikit kosong berangkat sekitar jam 7.30 an...
nah.... akhirnya tiba juga di kapal yang akan membawa kami ke Pulau Tidung...kami pun langsung masuk ke dalam kapal dan ternyata sudah lumayan terisi sekitar 20 an orang.. sambil menunggu kapal berangkat, kami pun berkenalan dengan penumpang lainnya...
setelah menunggu sekitar 30 menit, kapal pun berangkat menuju Pulau Tidung.. 1 jam pertama masih diisi dengan cerita dan celotehan yang lumayan rame... 2 jam berikutnya... zzzzzz.... hampir semua penumpang tertidur...
mendekati Pulau Tidung, salah satu ABK menarik ongkos senilai Rp 33.000 / orang. Huahhh... akhirnya akan tiba juga... 2 pulau tidung yang terhubung dengan jembatan kayu terpampang di depan mata.. sudah tak sabar untuk segera bersepeda dan snorkling di pulau ini.
Tiba di pulau, Pak Wardi menyambut kami dan mengantar kami ke rumah tempat kami akan menginap (Rp 250.000/malam). Terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, ruang nonton dan ruang tamu... kalo untuk rombongan cocok banget dah.. bisa buat 15 orang...rumahnya oke banget.. apalagi di tiap ruang ada kipas angin.. di jamin aman dari rasa gerah :). Perut yang lapar sudah minta di isi. Pak Wardi pun mengantarkan makan siang kami. Selesai makan, kami pun ngobrol dulu di depan TV sambil menunggu waktu Dzuhur tiba... mata ini semakin lama terasa semakin berat...dan sukses tertidur kembali :)
Jam 13.00 .... Kami pun siap untuk berpetualang di pulau ini. Karena mayoritas peserta tidak ada yang berminat snorkling, akhirnya diputuskan untuk bersepeda mengelilingi pulau. Dengan sepeda yang sudah di sediakan (harga sewa Rp 15.000 / hari), kami pun menuju Pulau Tidung Kecil... Jembatan penghubung yang dulu rusak, kini sudah bisa dilalui walau harus mengangkat sepeda.
Hamparan pemandangan yang indah di siang yang menyengat, tidak menyurutkan semangat untuk segera sampai di Tidung Kecil.. apalagi saat itu hanya kami berempat yang bersikukuh untuk ngangkat sepeda demi supaya bisa mencapai pulau Tidung..
Tiba di Tidung, kami menyusur tepi pantai... agak sedikit malas berlama-lama di tepi pantai di depan kantor Pertanian karena banyak nya sampah di sepanjang tepi pantai... kami pun menyusur sisi pantai di belakang Kantor Pertanian.. yah walaupun ada sampah, tapi jumlahnya tidak sebanyak di sisi yan satu nya.. plus air sudah agak sedikit surut.. pas banget buat leyeh-leyeh lagi di pulau ini :)
Puas berfoto, kami kembali bersepeda menuju ujung barat Pulau Tidung Besar... sekali lagi harus mengangkat sepeda.. Dalam perjalanan menuju ujung barat pulau, kami melewati perumahan penduduk...yang membuatku terkesan, jalan di area perumahan ini sudah di conblock...area berpasir dan pohon kelapa baru kami temui sekitar 20 menit dari ujung pulau.. seruuu abieesss...
Tiba di ujung pulau... istirahat lagi dan menunggu sunset tiba.... ada beberapa anggota milis Indo Nikon yang juga sudah tiba di sana.. kami pun berkenalan lagi.. dan belajar teknik mengambil gambar dengan kamera pocket.. Tak terasa sunset pun tiba... sungguh indah.. tak henti-hentinya tangan ini mengambil gambar keindahan alam.... puas rasanya...
Gelap pun menggantikan terang... dengan penerangan bulan purnama, kami pun kembali ke rumah... Tiba di rumah, gantian mandi dan menghubungi pak Wardi untuk mengantarkan makan malam. Lelah sekali badan ini rasanya.... Tapi hati ini seneng banget.. setelah sholat Isya, kami pun mencari posisi masing-masing untuk tidur... dan zzzzz....
Hari terakhir, 28 Februari 2010
Jam 4 pagi ku terbangun oleh suara air dari kamar mandi... rupanya mbak Ririn sudah duluan mandi.... huahmm... mata masih agak sedikit berat.. tapi harus segera bangun, karena akan menikmati sunrise di jembatan penghubung pulau tidung... setelah subuhan dan mandi, kami berdua menuju jembatan tidung.. Berty dan Rhani memutuskan untuk tinggal di rumah... sepeda kupacu kencang supaya gak ketinggalan sunrise. Tepat jam 5.30 kami tiba di jembatan... ternyata beberapa anggota milis indonikon juga sudah tiba di sana... sunrise nya agak sedikit malu-malu karena adanya awan..
kami tidak bisa berlama-lama di jembatan ini. Jam 7 kami sudah harus berada di kapal...
begitu tiba di rumah, sarapan sudah terhidang... syukurlah.. tapi karena mau ngedapetin tempat di kapal, diputuskan untuk makan di atas kapal saja. Ternyata hari itu ada 3 kapal yang akan menuju Muara Angke.. karena kapal pertama sudah penuh, kami pun memutuskan untuk naik kapal kedua yang baru meninggalkan Tidung jam 8 pagi. Dan berakhir pula perjalanan di Pulau Tidung ini seiring dengan berjalannya kapal..
Thanks a lot buat Pak Wardi ... Top Banget dah buat bantuannya selama kami di sana... beliau bisa di hubungi di nomer 085693565464.
Buat Berty dan Rhany, sampai ketemu lagi di trip perjalanan berikutnya...senang berkenalan dengan kalian.
Foto-foto selengkapnya di Pulau Tidung
- L i l i -
Wednesday, January 27, 2010
Arung Jeram Sungai Rongkong
Dimana ya enaknya arung jeram lagi untuk farewell partner travelling ku… Tempat nya gak gitu jauh dari Sorowako dan bisa dilakukan hanya satu hari?? Pertanyaan itu kemudian terjawab…. Arung Jeram di Sungai Rongkong.
Lokasinya sekitar 3.5 jam berkendaraan dengan mobil. Jarak tempuhnya terhitung dekat. Karakteristik nya berbeda dibanding Sungai Saddan (Arung Jeram di Sungai Saddan). Jeramnya lebih rapat dibandingkan jeram di Sungai Saddan.
Koordinasi pun dimatangkan. Kami kembali menggunakan jasa Indo’sella sebagai guide . Sabtu pagi 9 Januari 2010, aku, Ririn, Tyas, Ayu, Titin, Iqra, Kak Boy dan Arman meninggalkan Sorowako jam 4 pagi. Tim Indo’sella sudah tiba sehari sebelum nya di Palopo. Kami janjian untuk ketemu dengan mereka jam 8 pagi di jembatan Sabbang. Setiba di lokasi, kami pun sarapan dan beristirahat sambil menunggu tim Indo’sella yang tiba 30 menit kemudian setelah kami tiba. Dari jembatan Sabbang, perjalanan dilanjutkan menuju starting point di Desa Tandung (sekitar 1 jam dari Jembatan Sabbang). Kondisi jalan menuju starting point sangat baik. Jalan sudah di aspal dan kami berkendaraan sambil menyusuri Sungai Rongkong. Rasa tidak sabar sudah mulai menyeruak. Sayangnya sekitar 15 menit sebelum starting point, jalan aspal berakhir diganti dengan jalan tanah yang cukup licin apabila hujan turun.
Akhirnya, kami tiba juga di starting point. Lokasi nya bergeser sekitar 2.5 km dari titik awal yang asli. Air sungai yang jernih dan dingin menyambut kami. Tim Indo’sella mempersiapkan 2 kapal karet ditemani celotehan anak-anak kecil dari Desa Tandung, karena jarang sekali ada yang berarung jeram di sungai ini. Tim Indo’sella sendiri pun terakhir kali melakukannya 4 tahun yang lalu.
Setelah briefing dan membagi kelompok, pengarungan pun dimulai. Beberapa bocah ikut bergelantungan di kapal karet kami. Seolah mereka tidak peduli dengan arus sungai yang cukup deras. Baru saja mulai mengarung, jeram kecil sudah menyambut, lumayan lah buat pemanasan.
Jeram-jeram di sungai Rongkong cukup rapat. Hari itu grade nya cenderung III. Baru sebentar menarik napas setelah melewati jeram, harus segera siap-siap melewati jeram berikutnya. Cuaca hari itu tidak terlalu cerah atau mendung, jadi aman dari sun burn. Dalam perjalanan mengarung, kami melewati satu jeram grade IV. Titin dengan suksesnya terlempar keluar dari perahu karet, untungnya dia tetap cool sampai pertolongan dari timnya datang. Kami pun menepi setelah melewati jeram ini untuk istirahat makan siang dan bermain-main air serta foto-foto narsis.
Puas bermain air, perjalanan di lanjutkan. Tiba-tiba di depan seperti ada jembatan runtuh. Setelah di dekatin ternyata dinding dam yang rubuh. Terpaksa deh ngangkat perahu, karena kondisi yang tidak aman untuk dilewati dengan perahu karet. Kami menyebut nya jeram 10.5 .
Sayang nya, setelah melewati bendungan, jeram berikutnya tidak menarik. Aku sudah tidak sabar ingin segera tiba di finish point. Setelah 5 jam berarung jeram plus bermain air, kami pun tiba di jembatan Sabbang dan gerimis pun mulai turun.
Tim Indo’sella segera mengemasi perahu karet dan bersiap-siap untuk kembali ke Toraja. Tim kami pun segera mencari tempat untuk ganti baju, dan tempat pilihannya di WM. Podomoro. Sambil ngantri ganti baju, kami pun menikmati teh panas. Hujan pun turun semakin deras. Perut yang lapar juga sudah minta diisi. Arung jeram hari ini diakhiri dengan wisata kuliner Parede Ulubale di Masamba.
Spesial buat Mbak Ririn… sampai ketemu di arung jeram berikut nya
Subscribe to:
Posts (Atom)